MATERI
AJAR
Nama Mata Kuliah :
Dasar-dasar Filsafat
Program Studi/Semester : PAI/ PMI/ Ekonomi Syari’ah/ I
Dosen :
Dr. Hermawan, M.Ag.
BAB
I
PENGANTAR
FILSAFAT
A.
Pengertian
Filsafat
1.
Arti Etimologi
Kata filsafat berasal dari kata Yunani filosofia,
yang berasal dari kata kerja filosofein
yang berarti mencintai keibijaksanaan. Kata tersebut juga berasal dari
kata Yunani philosophis yang berasal dari kata kerja philein yang berarti mencintai, atau philia yang berarti cinta, dan sophia
yang berarti kearifan. Dari kata
tersebut lahirlah kata Inggris philosophy yang biasanya
diterjemahkan sebagai "cinta kearifan". Arti kata tersebut di atas
belum memperhatikan makna yang sebenarnya dari kata filsafat, sebab pengertian
"mencintai" belum memperlihatkan keaktifan
seorang filosof untuk memperoleh kearifan atau kebijaksanaan itu. Menurut
pengertian yang lazim berlaku di Timur
(Tiongkok atau di India), seseorang disebut filosof bila dia telah
mendapatkan atau telah meraih kebijaksanaan. Sedangkan menurut pengertian yang
lazim berlaku di Barat, kata "mencintai" tidak perlu meraih kebijaksanaan, karena itu yang disebut filosof atau "orang bijaksana" mempunyai
pengertian yang berbeda dengan pengertian di Timur.
a.
Konsep Plato
Plato memberikan istilah dengan dialektika yang
berarti seni berdiskusi. Dikatakan demikian karena, filsafat harus berlangsung
sebagai upaya memberikan kritik terhadap berbagai pendapat yang berlaku.
Kearifan atau pengertian intelektual yang diperoleh lewat proses pemeriksaan
secara kritis ataupun dengan berdiskusi. Juga diartikan
sebagai suatu penyelidikan terhadap sifat dasar yang penghabisan dari kenyataan. Karena seorang filosof akan
selalu mencari sebabsebab dan asas-asas yang penghabisan (terakhir) dari
benda-benda.
b.
Konsep Cicero
I i
Cicero
menyebutnya sebagai "ibu dari semua seni" (the mother of all the
arts). Juga sebagai arts vitae.yaitu filsafat sebagai seni
kehidupan.
c.
Konsep al-Farabi
Menurut
al-farabi, filsafat adalah ilmu yang menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari segala yang ada (al-ilmu
bit-maujudat bi ma hiya al-maujudat).
d.
Konsep Rene Descartes'
Menurut Rene Descartes, filsafat merupakan kumpulan segala pengetahuan,
di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.
e.
Konsep Francis Bacon
Menurut Francis
Bacon, filsafat merupakan induk agung dari ilmu ilmu, dan filsafat menangani
semua pengetahuan sebagai bidangnya.
f.
Konsep John Dewey
Sebagai tokoh pragmatisme, John Dewey
berpendapat bahwa filsafat haruslah dipandang sebagai suatu pengungkapan
mengenai perjuangan manusia secara terus-menerus dalam upaya melakukan penyesuaian berbagai tradisi yang membentuk budi
manusia terhadap kecenderungan-kecenderungan
ilmiah dan cita-cita politik yang baru dan
yang tidak sejalan dengan wewenang yang diakui. Tegasnya, filsafatsebagai suatu alat untuk membuat
penyesuaian-penyesuaian di antara yang lama dan yang baru dalam suatu
kebudayaan. Dari berbagai contoh di atas
masih dapat ditambah lagi hingga berpuluh-puluh
definisi (batasan pengertian filsafat). Kenyataannya, dari keragaman
batasan pengertian filsafat tersebut melahirkan persoalan tersendiri yang membingungkan. Atas dasar uraian di atas, maka kami memberikan suatu konsep bahwa filsafat
mempunyai pengertian yang multidimensi. Filsafat Sebagai Ilmu
Dikatakan
filsafat sebagai ilmu karena di dalam pengertian fil- safat
mengandung empat pertanyaan ilmiah, yaitu bagaimanakah, mengapakah, ke
manakah, dan apakah.
Pertanyaan
bagaimana menanyakan sifat-sifat yang dapat ditangkap atau yang tampak
oleh indra. jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya bersifat deskriptif (penggambaran). Pertanyaan mengapa menanyakan tentang
sebab (asal mula) suatu objek.
jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya bersifat kausalitas (sebab
akibat). Pertanyaan ke mana menanyakan
apa yang terjadi di masa lampau, masa
sekarang, dan masa yang akan datang. jawaban yang diperoleh ada tiga
jenis pengetahuan, yaitu: pertama, pengetahuan yang timbul dari hal-hal
yang selalu berulang-ulang (kebiasaan), yang nantinya pengetahuan tersebut
dapat dijadikan sebagai pedoman. Ini dapat dijadikan dasar untuk mengetahui apa
yang akan terjadi. Kedua, pengetahuan
yang timbul dari pedoman yang terkandung dalam, adat istiadat/kebiasaan
yang berlaku dalam masyarakat. Dalam hal initidak
dipermasalahkan apakah pedoman tersebut selalu dipakai atau tidak.
Pedoman yang selalu dipakai disebut hukum. Ketiga, pengetahuan yang timbul dari pedoman yang dipakai (hukum)
sebagai suatu hal yang dijadikan
pegangan. Tegasnya, pengetahuan yang diperoleh dari jawaban ke manakah adalah pengetahuan yang bersifat
normatif. Pertanyaan apakah yang menanyakan tentang hakikat atau
inti mutlak dari suatu hal. Hakikat ini sifatnya sangat dalam (radix) dan
tidak lagi bersifat empiris sehingga hanya
dapat dimengerti oleh akal. jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya
ini kita akan dapat mengetahui hal-hal yang
sifatnya sangat umum, universal, abstrak.
Dengan demikian, kalau ilmu-ilmu yang lain (selain filsafat)
bergerak dari tidak tahu ke tahu, sedang ilmu filsafat bergerak dari tidak tahu ke tahu selanjutnya ke hakikat.
Untuk mencari/memperoleh pengetahuan hakikat, haruslah dilakukan dengan abstraksi,
yaitu suatu perbuatan akal untuk menghilangkan
keadaan, sifat-sifat yang secara kebetulan (sifat-sifat yang tidak harus ada/aksidensia), sehingga
akhirnya tinggal keadaan/sifat yang harus
ada (mutlak) yaitu substansia, maka pengetahuan hakikat dapat diperolehnya.
B.
Filsafat
Sebagai Cara Berfiikir
Berfikir secara filsafat dapat diartikan sebagai
berpikir yang sangat mendalam sampai, maka pengetahuan hakikat, atau berpikir
secara global/menyeluruh, atau berfikir yang dilihat dari berbagai sudut
pandang pemikiran atau sudut pandang ilmu
pengetahuan." Berpikir yangdernikian, ini sebagai upaya untuk
dapat berpikir secara tepat dan benar serta dapat dipertanggungjawabkan. Hal
ini harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.
1.
Harus sistematis
Pemikiran yang sistematis ini dimaksudkan untuk menyusun
suatu pola pengetahuan yang rasional. sistematis adalah
masing-masing unsur saling berkaitan satu
dengan yang lain secara teratur dalam suatu keseluruhan.
Sistematika pemikiran seorang filosof banyak
dipengaruhi oleh keadaan dirinya, lingkungan, zamannya, pendidikan, dan
sistem pemikiran yang mempengaruhi.
2. Harus
konsepsional
secara umum istilah
konsepsional berkaitan dengan ide (gam bar) atau gambaran yang melekat pada
akal pikiran yang berada dalam intelektual.
Gambaran tersebut mempunyaii bentuk tangkapan sesuai dengan riilnya. Sehingga maksud darii 'konsepsional' tersebut
sebagai upaya untuk menyusun suatu bagan yang terkonsepsi (jelas). Karena
berpikir secara filsafat sebenarnya berpikir tentang hal dan prosesnya.
3.
Harus koheren
Koheren atau runtut adalah unsur-unsurnya tidak boleh
mengandung uraian-uraian yang bertentangan satu sama lain.
Koheren atau runtut di dalamnya memuat suatu kebenaran logis.
Sebaliknya, apabila suatu uraian yang di dalamnya tidak memuat
kebenaran logis, uraian tersebut dikatakan sebagai uraian yang tidak koheren/runtut.
4.
Harus rasional
Maksud
rasional adalah unsur-unsurnya berhubungan secaralogis. Artinya, pemikiran
filsafat harus diuraikan dalam bentuk yang logis, yaitu suatu bentuk kebenaran
yang mempunyai kaidah-kaidah berpikir (logika).
5.
Harus sinoptik
Sinoptik artinya
pemikiran filsafat harus melihat hal-hal secara menyeluruh atau dalam
kebersamaan secara integral.
6. Harus
mengarah kepada pandangan dunia
Maksudnya
adalah pemikiran filsafat sebagai upaya untuk memahami semua realitas kehidupan dengan jalan menyusun suatu pandangan (hidup) dunia, termasuk di dalamnya
menerangkan tentang dunia dan semua
hal yang berada di dalamnya (dunia).
C. Filsafat
Sebagai Pandangan Hidup
Diartikan
sebagai pandangan hidup karena filsafat pada hakikatnya bersumber pada hakikat
kodrat pribadi manusia (sebagai makhluk
individu, makhluk sosial dan makhluk Tuhan). Hal ini berarti bahwa
filsafat mendasarkan pada penjelmaan manusia secara total dan sentral sesuai
dengan hakikat manusia sebagai makhluk monodualisme
(manusia secara kodrat terdiri dari jiwa dan raga). Manusia secara total (menyeluruh) dan sentral di dalamnya
memuat sekaligus sebagai sumber
penjelmaan bermacam-macam filsafat sebagai berikut.
a.
Manusia dengan unsur raganya dapat
melahirkan filsafat biologi. yang semakin lugs. Hal itu dapat
membantu penyelesaian masalah yang selalu kita hadapi dengan cara yang lebih
bijaksana.
b.
Dasar semua
tindakan adalah ide. Sesungguhnya filsafat di dalamnya memuat ide-ide yang fundamental. Ide-ide itulah yang
akan membawa manusia ke arah suatu kemampuan untuk merentang kesadarannya dalam segala tindakannya, sehingga manusia
akan dapat
lebih hidup, lebih tanggap (peka) terhadap diri dan lingkungannya, lebih sadar
terhadap hak dan kewajibannya.
c.
Dengan adanya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kita semakin ditantang
dengan memberikan alternatifnya. Di satu sisi kita berhadapan dengan kemajuan
teknologi beserta dampak negatifnya, perubahan demikian cepatnya, pergeseran tata nilai, dan akhirnya kita akan semakin jauh
dari tata nilai dan moral. Di sisi
lainnya, apabila kita tidak berani menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, akhirnya kita akan menjadi manusia "terbelakang".
Untuk itu kita berusaha untuk mengejar kemajuan tersebut dengan segala upaya.
Dengan semakin jauhnya kita dengan tata
nilai dan moral, akibatnya banyak ilmuwan
kehilangan bobot kebijaksanaannya. Dengan demikian, apa yang dihasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi
bersamaan itu pula manusia kehilangan pendirian dan dih ui kebingungan dan
keraguan (skeptis). Tinggal menunggu mal etaka datang menghancurkan kehidupan
manusia.
Mengingat
hal-hal tersebut di atas, kita sangat memerlukan suatu Emu yang sifatnya memberikan pengarahan (ilmu
pengarahan) atau Bence of direction. Dengan
ilmu tersebut, manusia akan dibekali suatu kebijaksanaan
yang di dalamnya memuat nilai-nilai kehidupan yang sangat diperlukan oleh umat
manusia. Hanya ilmu filsafatlah yang dapat diharapkan mampu memberi manusia
suatu integrasi dalam membantu mendekatkan manusia pada nilai-nilai kehidupan
untuk mengetahui mana yang pantas kita tolak, mana yang pantas kita se tujui, mana yang pantas kita ambit sehingga dapat
memberikan makna kehidupan.
Kegunaan filsafat ini sering
muncul bagi para pemula belajar filsafat.
Masalah tersebut harus dituntaskan. Selagi masalah tersebut masih berada
dalam diri seorang yang sedang belajar filsafat, maka orang tersebut akan selalu mendapatkan keraguan terhadap filsafat. Apakah
filsafat bermanfaat bagi saya?
Filsafat berguna bagi
manusia apabila filsafat tersebut memperlihatkan kemajuan yang positif bagi
kehidupan manusia.
D. Metode-metode
Filsafat Bagaimana Seorang Filosof Bekerja?
Para
ahli pikir (filosof dalam melaksanakan pekerjaannya tidak berbeda dengan cara bekerjanya sebuah pabrik. Bekerjanya
seorang ahli
pikir (filosof) adalah berpikir, yaitu mengadakan kegiatan kefilsafatan, sedangkan bekerjanya sebuah pabrik
menghasilkan proses produksi.
Kegiatan berpikir atau kegiatan kefilsafatan sesungguhnya berupa
"perenungan". Perenungan tersebut untuk menyusun suatu bagan yang konsepsional, tidak boleh memuat
pernyataan-pernyataan yang sifatnya kontradiktif, hubungan bagian yang
satu dengan yang lainnya harus logis, dan harus mampu memberi penjelasan
tentang pandangan dunia. Dengan kata lain, kegiatan kefilsafatan berarti bagaimana seorang ahli pikir memulai bekerja —
proses bekerjanya — sampai pada suatu kesimpulan. Sebagai perangkat
berpikir adalah analisis dan sintesis. Dalam menganalisis dan mensintesis para
ahli pikir menggunakan alas pemikiran berupa logika, deduksi, analogi, dan
komparasi.
1. Analisis
Pengertian
analisis dalam kegiatan filsafat adalah rincian istilahimM
atau pernyataan-pernyataan dalam bagian-bagiannya sehingga bona dapat melakukan
pemeriksaan atas makna yang terkandung. Sdogai contoh adalah perkataan
"nyad'di bawah ini.
– Apakah sebuah meja itu sesuatu yang
nyata? – Apakah impian itu sesuatu yang nyata?
Akksud
analisis adalah melakukan pemeriksaan secara konsepsional midWap
makna dan istilah yang kita pergunakan dalam pernyataan !mg kita buat. Dengan
analisis, kita akan memperoleh makna yang boru, dan menguji istilah-istilah
dengan berbagai contoh.
2.
Sintesis
Sintesis sebagai upaya
mencari kesatuan di dalam keragaman. maksudnya,
mengumpulkan suatu pengetahuan yang dapat diperoleh. Karena dalam menyusun sistem pemikiran seorang
ahli pikir (filosof) mendasarkan
pikirannya pada sejumlah besar bahan yang dicari. Lebih banyak
keterangan yang diperoleh, hasilnya akan lebih baik dan lebih akurat.
Logika
adalah ilmu pengetahuan tentang penyimpulan yang lurus serta menguraikan tentang aturan-aturan
membicarakan penarikan kesimpulan bukan dari
pernyataan yang umum, melainkan dari pernyataan yang khusus. Kesimpulannya bersifat probabilitas berdasarkan
atas pernyataan yang telah diajukan.
(Logika)
deduksi membicarakan cara untuk mencapai suatu kesimpulan dengan terlebih dahulu mengajukan pernyataan mengenai semua/sejumlah
di antara suatu kelompok barang tertentu.
Analogi
dan komparasi merupakan upaya, untuk mencapai suatu kesimpulan dengan menggantikan dengan apa yang kita cobs
untuk membuktikannya dengan sesuatu yang serupa, dengan hal. tersebut. Menyimpulkan
kembali apa yang mengawali penal~lran kita.
Dalam bidang filsafat
terdapat beberapa metode. Metode berasal dari kata meta-hodos, artinya
menuju, melalui cara, jalan. Metode Bering
diartikan sebagai jalan berpikir dalam bidang keilmuan. Metode dalam
bidang filsafat adalah sebagai berikut.
a.
Metode Kritis,
yaitu dengan menganalisis istilah dan pendapat, dengan mengajukan pertanyaan secara terus-menerus sampai hakikat
yang ditanyakan.
b.
Metode intuitif, yaitu dengan melakukan
introspeksi intuitif, dengan memakai simbol-simbol.
c.
Metode analisis abstraksi, yaitu dengan
jalan memisah-misah-, kan atau menganalisis
di dalam angan-angan (di dalam pikiran) hingga sampai pada hakikat
(ditemukan jawaban).
E.
Sejarah Kelahiran Filsafat
Berbicara
tentang kelahiran dan perkembangan filsafat pada awal kelahirannya
tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuan yang munculnya pada masa peradaban Kuno (masa Yunani).
Pada
tahun 2000 SM bangsa Babylon yang hidup di lembah Sungai Nil (Mesir) dan Sungai
Efrat, telah mengenal alas pengukur berat,
tabel bilangan berpangkat, tabel perkalian dengan menggunakan sepuluh jari.
Piramida
yang merupakan salah satu keajaiban dunia itu, yang ternyeta pembuatannya
menerapkan geometri dan matematika, menunjukkan
cara berpikirnya sudah tinggi. Selain itu, mereka pun sudah dapat
mengadakan kegiatan pengamatan benda-benda langit, baik bintang, bulan,
matahari sehingga dapat meramalkan gerhana baik gerhana bulan maupun gerhana matahari. Ternyata ilmu yang mereka pakai
dewasa ini disebut astronomi.
Di India dan Cina waktu
itu telah ditemukan cara pembuatan terms dan kompas (sebagai penunjuk arch).
1. Masa
Yunani
Yunani
terletak di Asia Kecil. Kehidupan penduduknya sebagai nelayan dan pedagang,
sebab sebagian besar penduduknya tinggal di daerah
pantai, sehingga mereka dapat menguasai jalur perdagangan di Laut
Tengah.
Kebiasaan mereka hidup
di alam bebas sebagai nelayan itulah mewarnai
kepercayaan yang dianutnya,- yaitu berdasarkan kekuatan alam sehingga` beranggapan bahwa
hubungan manusia dengan Sang Mafia
Pencipta bersifat formalitas. Artinya, kedudukan Tuhan terpisah dengan
kehidupan manusia. -'
Kepercayaan, yang
bersifat formalitas (natural religion) tidak memberikan kebebasan kepada manusia, ini ditentang oleh Homerus" dengan dua buah karyanya yang terkenal, yaitu Iliac
dan Odyseus. Kedua karya
Homerus itu memuat nilai-nilai yang tinggi dan bersifat edukatif. Sedemikian besar peranan karya Homerus,
sama kedudukannya seperti wayang
purwa di Jawa. Akibatnya masyarakat lebih kritis dan rasional.
Pada
abad ke-6 SM, bermunculan para pemikir yang kepercayaannya bersifat rasional (cultural
religion) menimbulkan pergeseran. Tuhan
tidak lagi terpisah dengan manusia, melainkan justru menyatu dengan
kehidupan manusia. Sistem kepercayaan yang natural religious berubah
menjadi sistem cultural religious.
Dalam
sistem kepercayaan natural religious ini manusia terikat oleh
tradisionalisme. Sedangkan dalam sistem kepercayaan kultural religius ini
memungkinkan manusia mengembangkan potensi dan budayanya dengan bebas, sekaligus dapat mengembangkan pemikirannya untuk menghadapi dan memecahkan berbagai misteri
kehidupan/ alam dengan akal pikiran.
Ahli
pikir pertama kali yang muncul adalah Thales (± 625 - 545 SM)
yang berhasil mengembangkan geometri dan matematika; Liokippos dan Democritos mengembangkan teori materi; Hipocrates
mengembangkan ilmu kedokteran, Eudid mengembangkan geometri deduktif;
Socrates mengembangkan teori tentang moral; Plato mengembangkan teori tentang
ide; Aristoteles mengembangkan teori yang
menyangkut dunia dan bends dan berhasil mengumpulkan data 500 jenis binatang (ilmu biologi). 6uatu
keberhasilan yang luar biasa dari Aristoteles adalah menemukan sistem
pengaturan pemikiran (logika formal) yang sampai sekarang masih dikenal.
Para
ahli pikir Yunani Kuno ini mencoba membuat konsep ten-tang asal mula alam walaupun sebelumnya sudah ads
tentang konsep tersebut. Akan
tetapi, konsepnya bersifat mitos yaitu mite kosmogonis (tentang
asal usul alam semesta) dan mite kosmologis (tentang asal usul Berta sifat
kejadian-kejadian dalam alam semesta) sehingga konsep mereka sebagai mencari arche
(asal mula) slam semesta. Hal itu disebutnya sebagai filosof alam.
Karena
arah pemikiran filsafatnya pada alam semesta, corak pemikirannya disebut
kosmosentris. Sementara itu, Para ahli pikir, seperti
Socrates, Plato, dan Aristoteles yang hidup, pada mass Yunani Klasik
arah pemikirannya pada manusia, maka corak pemikiran filsafatnya disebut
antroposentris. Hal ini disebabkan arah pemikiran para ahli pikir
Yunani Klasik tersebut memasukkan manusia sebagai subjek yang harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya.
2. Masa
Abad Pertengahan
Masa
ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya dengan filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh
kepercayaan, maka t atau pemikiran pada abad pertengahan pun dipengaruhi oleh rcayaan
Kristen. Artinya, pemikiran filsafat abad pertengahan Adominasi oleh agama. Pemecahan semua persoalan selalu didasarkan ms dogma agama, sehingga corak pemikiran
kefilsafatannya bersifat amsentris.
Baru pada abad ke-6
Masehi, setelah mendapatkan dukungan dari
Karel Agung," maka didirikanlah sekolah-sekolah yang memberi p*aran
gramatika, dialektika, geometri, aritmatika, astronomi, dan musik. Keadaan yang demikian akan mendorong
perkembangan pemikiran filsafat pada abad ke-13 yang ditandai
berdirinya universitasuniversitas dan ordo-ordo. Dalam ordo-ordo inilah mereka
mengabdikan dirinya untuk kemajuan ilmu
dan agama, seperti Anselmus (1033-1109),
Abaelardus (1079-1143), Thomas Aquinas (1225-1274).
Di
kalangan Para ahli pikir Islam (periode filsafat Skolastik Islam) muncul: Al-Kindi, Al-RrAbi, Ibnu Sina,
Al-Gazali, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail,
Ibnu Rusyd. Periode Skolastik Islam ini berlangsung tahun 850-1200. Pada
masa itulah kejayaan Islam berlangsung dan ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat. Akan tetapi, setelah jatuhnya kerajaan Islam di Granada di Spanyol tahun 1492
mulailah kekuasaan politik Barat menjarah ke Timur.11 Suatu
prestasi yang paling besar dalam kegiatan
ilmu pengetahuan terutama dalam bidang filsafat. Di gini
mereka merupakan masa rantai yang mentransfer filsafat Yunani, sebagaimana yang
dilakukan oleh sarjana-sarjana Islam di Timer
terhadap Eropa dengan menambah pikiran-pikiran Islam sendiri. Para
filosof Islam sendiri sebagian menganggap bahwa filsafat Aristoteles benar,
Plato dan Alquran benar. Mereka mengadakan perpaduan
dan sinkretisme antara agama dan filsafat. Kemudian pikiran-pikiran ini masuk ke Eropa yang merupakan
sumbangan Islam yang paling besar,
yang besar pengaruhnya terhadap ilmu pengetahuan dan pemikiran filsafat
terutama dalam bidang teologi dan ilmu pengetahuan
alam.11 Peralihan dari abad pertengahan ke abad modern dalam sejarah filsafat disebut sebagai masa
peralihan (masa transisi), yaitu
munculnya Renaissance dan Humanisme, yang berlangsung pada abad
15-16. Munculnya Renaissance dan Humanisme inilah yang mengawali masa abad modern. Mulai zaman modern
inilah peranan ilmu alam kodrat •sangat menonjol sehingga akibatnya
pemikiran filsafat semakin dianggap sebagai
pelayan teologi, yaitu sebagai suatu sarana
untuk menetapkan kebenaran-kebenaran mengenai Tuhan yang dapat dicapai
oleh akal manusia.
3. Masa Abad Modern
Pada masa abad modern ini pemikiran filsafat berhasil menempatkan
manusia pada tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan sehingga corak
pemikirannya antroposentris, yaitu pemikiran filsafatnya mendasarkan pada akal
pikir dan pengalaman.
Di atas telah dikemukakan bahwa munculnya Renaissance dan Humanisme
sebagai awal masa abad modern di mana para ahli (filosoO menjadi pelopor
perkembangan filsafat (kalau pada masa abad pertengahan yang menjadi pelopor
perkembangan filsafat adalah para pemuka agama). Pemikiran filsafat masa abad
modern ini berusaha meletakkan dasar-dasar bagi metode induksi secara modern,
Berta membuka sistematika yang sifatnya logis-ilmiah. Pemikiran filsafat
diupayakan lebih bersifat praktis, artinya pemikiran filsafat diarahkan pada
upaya manusia agar dapat menguasai lingkungan alam, dengan menggunakan berbagai
penemuan ilmiah.
Karena semakin pesatnya orang menggunakan metode induksi/ eksperimental
dalam berbagai penelitian ilmiah, akibatnya perkembangan pemikiran filsafat
mulai tertinggal oleh perkembangan ilmuilmu alam kodrat (natural sciences).
Rene Descartes (1596-1650) sebagai bapak filsafat modern yang berhasil
melahirkan suatu konsep dari perpaduan antara metode ilmu alam dengan ilmu
pasti ke dalam pemikiran filsafat. Upaya ini dimaksudkan, agar kebenaran dan
kenyataan filsafat jugs sebagai kebenaran dan kenyataan yang jelas dan terang.
Pada abad ke-18, perkembangan pemikiran filsafat mengarah pada
filsafat ilmu pengetahuan, di mana pemikiran filsafat diisi dengan upaya
manusia, bagaimana cara/sarana apa yang dipakai untuk mencari kebenaran dan
kenyataan. Tokoh-tokohnya antara lain George Berkeley (1685-1753), David Hume
(1711-1776), Rousseau (1722-1778).
Di jerman muncul Christian Wolft (1679-1754) dan Immanuel Kant
(1724-1804), yang mengupayakan agar filsafat menjadi ilmu pengetahuan yang
pasti dan berguna, yaitu dengan cara membentuk pengertian-pengertian yang jelas
dan bukti yang kuat.
Abad ke-19, perkembangan pemikiran filsafat terpecah belch.
Pemikiran filsafat pada scat itu telah mampu membentuk suatu kepribadian
tiap-tiap bangsa dengan pengertian dan caranya sendiri. Ada filsafat Amerika,
filsafat Prancis, filsafat Inggris, filsafat Jerman. Tokoh-tokohnya. adalah:
Hegel (1770-1831), Karl Marx (1818-1883), August Comte (1798-1857), JS. Mill
(1806-1873), John Dewey (18581952).
Akhirnya, dengan munculnya pemikiran filsafat yang bermacammacam
ini, berakibat tidak terdapat lagi pemikiran filsafat yang mendominasi. Giliran
selanjutnya, lahirlah filsafat Kontemporer atau filsafat dewasa ini.
4.
Masa Abad Dewasa Ini (Filsafat Abad
ke-20)
Filsafat
Dewasa Ini atau Filsafat Abad ke-20 juga. disebut Filsafat Kontemporer.
Ciri khas pemikiran filsafat ini adalah desentralisasi manusia karena pemikiran
filsafat abad ke-20 ini memberikan perhatian yang khusus kepada bidang bahasa
dan etika sosial.
Dalam bidang bahasa terdapat pokok-pokok masalah, yaitu
arti kata-kata dan arti pernyataan-pernyataan. Masalah ini muncul karena realitas
sekarang ini banyak bermunculan berbagai istilah yang cara pemakaiannya Bering
tidak dipikirkan secara mendalam sehingga menimbulkan tafsir yang berbeda-beds
(bermakna ganda). Maka, timbullah filsafat
analitika, yang di dalamnya membahas tentang cars berpikir untuk
mengatur pemakaian kata-kata/istilah-istilah yang menimbulkan kerancuan,
sekaligus dapat menunjukkan bahayabahaya
yang terdapat di dalamnya. Karena bahasa sebagai objek terpenting dalam pemikiran filsafat, pars ahli pikir
menyebutnya sebagai logosentris.
Bidang
etika sosial memuat pokok-pokok masalah apakahyang bmdak kita
perbuat di dalam masyarakat dewasa ini.
Kemudian,
pada paruh pertama abad ke-20 ini timbul aliranaliran kefilsafatan, seperti Neo-Thomisme, Neo-Kantianisme, NeoHegelianisme, Kritika Ilmu, Historisme,
Irasionalisme, Neo-Vitalisme, Spiritualisme,
Neo-Positivisme. Aliran-aliran di atas sampai sekarang
tinggal sedikit
yang masih bertahan. Sementara itu, pada awal belahan akhir
abad
ke-20 muncul aliran-aliran kefilsafatan yang lebih dapat memberikan corak
pemikiran dewasa ini, seperti Filsafat Analitik, Fisafat Eksistensi,
Strukturalisme, Kritika Sosial.
Orang Yunani yang hidup
pada abad ke-6 SM mempunyai sissem kepercayaan, bahwa segala
sesuatunya harus diterima sebagai suatu kebenaran yang bersumber pada mitos atau
dongeng-dongeng. Artinya, suatu kebenaran lewat akal pikir (logos) tidak
berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber pada mitos
(dongengdongeng).
Setelah pada abad ke-6
SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang
adanya mitos. Mereka menginginkan pertanyaan tentang misteri alam
semesta ini jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian
ini sebagai suatu demitologi, artinya suatu kebangkitan
pemikiran untuk menggunakan akal-pikir dan meningOkan hal-hal yang
sifatnya mitologi. Upaya pars ahli pikir untuk mengarahkan pada suatu kebebasan berpikir ini menyebabkan banyak orang yang
mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara mumi. Maka, timbullah peristiwa
ajaib The Greek Mira-de,
yang nantinya dapat dijadikan
sebagai landasan peradaban dunia.
Berikut
ini terdapat tiga faktor yang menjadikan filsafat Yunani lahir.
a.
Bangsa Yunani yang kaya akan mitos
(dongeng), di mana mitos dianggap sebagai
awal dari upaya orang untuk mengetahui atau mengerti. Mitos-mitos tersebut
kemudian disusun secara sistematis yang untuk sementara kelihatan rasional
sehingga muncul mitos selektif dan rasional, seperti syair karya Homerus, Orpheus
dan lain-lain.
b. Karya
Sastra Yunani yang dapat dianggap sebagai pendorong kelahiran filsuf Yunani,
karya Homerus mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk pedoman hidup
orang-orang Yunani yang didalamnya mengandung nilai-niai edukatif.
c. Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal
dari Babylonia (Mesir) di Lembah Sungai
Nil. Kemudian, berkat kemampuan dan kecakapannya, ilmu-ilmu tersebut
dikembangkan sehingga mereka mempelajarinya tidak didasarkan pada aspek
praktisnya raja, tetapi juga aspek teoretis
kreatif
Dengan adanya ketiga faktor
tersebut, kedudukan mitos digeser oleh logos (akal), sehingga setelah
pergeseran tersebut filsafat lahir.
Pengertian filsafat
pada saat itu masih berwujud ilmu pengetahuan
yang masih global, sehingga nantinya satu demi satu berkembang dan memisahkan
diri menjadi ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.
Zaman
Yunani terbagi menjadi dug periode, yaitu periode Yunani Kuno dan
periode Yunani Klasik. Periode Yunani Kuno diisi oleh ahli pikir
alam (Thales, Anaximandros, Pythagoras, Xenophanes, dan Democritos). Sedangkan pada periode Yunani Klasik diisi oleh ahli pikir seperti Socrates, Plato, Aristoteles.
A.
Yunani Kuno
Periode
Yunani Kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian, karena
pada periode ini ditandai dengan munculnya
pare ahli pikir alam, di mana arch dan perhatian pemikirannya kepada apa yang
diamati di se-kitarnya. Mereka membuat pernyataanpernyataan
tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan aka' pikir) dan tidak
berdasarkan pada mitos. Mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche)
yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba
berubah.
Para
pemikir filsafat Yunani yang pertama berasal dari Miletos, sebuah kota perantauan Yunani yang terletak di pesisir
Asia Kecil. Mereka kagum terhadap
alam yang penuh nuansa dan ritue dan berusaha mencari jawaban
atas apa yang ada di belakang semua misteri itu.'
1. Thales
(625-545 SM)
Nama
Thales muncul atas penuturan sejarawan Herodotus pada abad
ke-5 SM. Thales sebagai salah satu dari tujuh orang bijaksana (Seven Wise
Men of Greece). Aristoteles memberikan gelar The Father of Philosophy,2
juga menjadi penasihat teknis ke-12 kota Ionia. Salah satu jasanya yang besar adalah meramal gerhana
matahari pada tahun 585 SM.
Thales
mengembangkan filsafat alam kosmologi yang mempertanyakan asal mula, sifat dasar, dan struktur komposisi
alam semesta. Menurut pendapatnya, semua yang berasal dari air
sebagai materi dasar kosmis. Sebagai ilmuwan
pada masa itu is mempelajari magnetisme dan listrik yang merupakan pokok soal
fisika. Ia juga mengembangkan
astronomi dan matematika dengan mengemukakan pendapat bahwa bulan
bersinar karena memantulkan cahaya matahari, menghitung terjadinya gerhana matahari, dan bahwa kedua sudut alas dari suatu
segi tiga sama kaki sama besarnya. Dengan demikian, Thales merupakan ahli matematika yang pertama dan juga
sebagai the father of deductive reasoning (bapak penalaran
deduktif).
Dari pendapat itu dapat
kita artikan bahwa apa yang disebur sebagai arche (asas pertama dari
alam semesta) adalah air. Katanya, semua berasal dari air, dan semuanya kembali
menjadi air. Bahwa bumi terletak di atas air, dan bumi merupakan bahan yang muncu:
dari air dan terapung di atasnya.
Dalam sejarah
matematika, Thales dianggap sebagai pelopor geometri
abstrak yang didasarkan kepada petunjuk pengukur banjir, yang implementasinya dengan membuktikan
dalil-dalil geometri yang salah
satunya bahwa kedua sudut alas dari suatu segi tiga sama kaki adalah sama besarnya.
Walaupun
pandangan-pandangan Thales banyak yang kurang jelas, akan tetapi pendapatnya
merupakan percobaan pertama yang masih
sangat sederhana dengan menggunakan rasio (akal pikir).
2. Anaximandros
(40-546 SM)
Ia adalah orang pertama yang mengarang suatu traktat dalam kesusasteraan Yunani, dan berjasa dalam bidang
astronomi, geografi. Jadi, ia merupakan orang pertama yang membuat pets
bumi' Ia berhasil memimpin sekelompok orang yang membuat kota barn di Apollonia, Yunani.
Pemikirannya,
dalam memberikan pendapat tentang arche (asas pertama alam semesta), ia tidak menunjuk pada'salah satu
unsur yang dapat diamati oleh indra,
tetapi ia menunjuk dan memilih pada sesuatu yang
tidak dapat diamati indra, yaitu to apeiron,5 sebagai sesuatu
yang ak
terbatas, abad sifatnya, tidak--berubah-ubah, ada pada segala dan sesuatu yang paling dalam. Alasannya, apabila
tentang tersebut ia menunjuk pada salah satu unsur, maka unsur terseakan mempunyai sifat yang dapat bergerak sesuai
dengan sifatnya a tidak ada tempat
bagi unsur yang berlawanan 6
Pendapatnya
yang lain, bumi seperti silinder, lebarnya tiga kali besar
dari tingginya. Bumi tidak terletak atau bersandar pada to pun. Mengapa bumi tidak jatuh? Karena bumi berada pada jagad
raya. Pemikirannya ini harus kita pandang sebagai titik yang mengherankan bagi orang-orang modern.
3.
Pythagoras ( ±
572 - 497 SM)
Mengenai
riwayat hidupnya, ia dilahirkan di Pulau Samos, Ionia. Tanggal
dan
tahunnya tidak diketahui secara pasti. Ia juga tidak meninggalkan
tulisan-tulisan sehingga apa yang diketahui tentang Pythagoras diperlukan
kesaksian-kesaksian. Mqurut Aristoxenos seorang
murid Aristoteles Pythagoras pindah ke kota Kroton, Italia Selatan
karena tidak setuju dengan pemerintahan Polykrates yang bersifat tirani. Di
kota ini ia mendirikan sekolah agama, selama 20 tahun ia di Kroton,
kemudian pindah ke Metapontion dan meninggal di kota ini.'
Pemikirannya,
substansi dari semua benda adalah bilangan, dan segala gejala alam merupakan pengungkapan indrawi dari perbandingan-perbandingan
matematis. Bilangan merupakan inti sari dan dasar pokok
dari sifat-sifat benda (number rules the universe = bilangan memerintah
jagat raya). Ia juga mengembangkan pokok coal matematik yang termasuk teori bilangan. Umpamanya, dikembangkannya susunan bilangan-bilangan yang mempunyai bentuk
geometric.
Pemikirannya
tentang bilangan, ia mengemukakan bahwa setiap bilangan dasar dari 1 sampai 10
mempunyai kekuatan dan arti sendirisendiri.
Satu adalah asal mula segala sesuatu sepuluh, dan sepuluh adalah bilangan
sempurna. Bilangan gasal (ganjil) lebih sempurna daripada bilangan genap dan
identik dengan finite (terbatas). Salah seorang penganut Pythagoras mengatakan bahwa Tuhan adalah bilangan tujuh, jiwa
itu bilangan enam, badan itu bilangan empat.
Pythagoraslah
yang mengatakan pertama kali bahwa dam semesta itu merupakan satu keseluruhan yang teratur, sesuatu yang harmonis seperti dalam musik. Keharmonisan dapat tercapai dengan
menggabungkan
hal-hal yang berlawanan, seperti:
a. terbatas
- tak terbatas;
b. ganjil
- genap;
c. satu
— banyak;
d. laki-laki
- perempuan;
e. bujur
sangkar - empat persegi panjang;
f. diam
- gerak;
g. lurus
- bengkok;
h. baik
- buruk;
i. terang
- gelap;
j. kanan
- kiri.1
Menurut Pythagoras, kearifan yang sesungguhnya hanya
dimiliki oleli Tuhan saja, oleh karenanya ia tidak mau
disebut sebagai prang arif seperti Thales, akan tetapi menyebut dirinya sebagai
philosophos yaitu pencipta kearifan. Istilah philosophos ini kemudian
menjadi philosophic yang terjemahannya
secara harfiah adalah cinta kearifan atau kebijaksanaan. Sampai sekarang
secara etimologis dan singkat sederhana
filsafat dapat diartikan sebagai cinta kearifan atau kebijakcoman (love
of wisdom).'
Sebagai
seorang yang ahli matematika abadi ia dengan dalilnyx jurrilah dari luas dua sisi sebuah segi tiga
siku-siku adalah sama dengan luas
sisi miringnya (i + bI = d).
4. Xenophanes
(570 - ? SM)
Ia lahir di Xolophon,
Asia Kecil. Waktu berumur 25 tahun ia mmgembara
ke Yunani. Ia lebih tepat dikatakan sebagai penyair daripada ahli
pikir (filosoo, hanya karena ia mempunyai daya nalar yang bitis dan
mempelajari pemikiran-pemikiran filsafat pada saat itu. N2manya menjadi terkenal karena untuk pertama kah melontarkan anggapan
bahwa adanya konflik antara pemikiran filsafat (rasio) dengan pemikiran
mitos.
Pendapatnya
yang termuat dalam kritik terhadap Homerus dan Herodotus, ia membantah adanya antropomorfisme Tuhan-Tuhan, *tu
Tuhan digambarkan sebagai (seakan-akan) manusia. Karena manusia selalu
mempunyai kecenderungan berpikir, Tuhan pun seperti manusia yang bersuara,
berpakaian, dan lain-lainnya. Ia juga membantah bahwa Tuhan bersifat kekal dan
tidak mempunyai permulaan. la juga menolak
anggapan bahwa Tuhan mempunyai jumlah yang banyak dan menekan
atas keesaan Tuhan. Kritik ini ditujukan kepada anggapan-anggapan lama
yang berdasar pada mitologi.
5. Heraditos
(535 - 475 SM)
Ia lahir di Ephesus, sebuah kota perantauan di Asia
Kecil, dan merupakan kawan dari
Pythagoras. dan Xenophanes, akan tetapi lebih tug.
Ia mendapat julukan si gelap, karena untuk menelusuri gerak pikirannya sangat sulit. Hanya dengan melihat
fragmen-fragmennya, ia mempunyai kesan berhati tinggi dan sombong sehingga ia
mudah mencela kebanyakan manusia untuk mengatakan jahat dan bodoh, juga
mencela orang-orang terkemuka di negeri Yunani.
Pemikiran filsafatnya
terkenal dengan filsafat menjadi. Ia mengemukakan
bahwa segala sesuatunya (yang ada itu) sedang menjadi dan selalu
berubah. Ucapannya yang terkenal: Panto rhei kai uden menci, artinya
segala sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai dan tidak satu orang pun dapat masuk ke sungai yang sama dua
kali. Alasannya, karena air sungai yang pertama telah mengalir, berganti
dengan air yang berada di belakangnya.
Demikian juga dengan segala yang ada, tidak
ada yang tetap, semuanya berubah. Akhirnya, dikatakan bahwa hakikat
segala sesuatu adalah menjadi, maka filsafatnya dikatakan filsafat menjadi.
Tentang
pengetahuan pun demikian, yaitu bahwa pengetahuan yang sejati adalah pengetahuan yang berubah-ubah sehingga
apa yang
disebutnya sebagai realitas merupakan sesuatu yang khusus, jumlahnya banyak,
dan sifatnya dinamis. Realitas merupakan dunia materi, di mana pada setiap
realitas berbeda satu dengan yang lainnya, dan tidak ada hal yang tetap
berlaku umum.11
Pemikiran tentang benda, ia mengemukakan bahwa tiap benda
terdiri
dari hal-hal yang sifatnya berlawanan atau bertentangan, dua ekstrem yang
soling bertolak belakang, walaupun demikian, tetap membentuk kesatuan. Yang
satu adalah banyak, dan yang banyak adalah satu. Hal ini berarti segala hal
yang ada mengandung dalam dirinya pertentangan dari dirinya sendiri. Akan
tetapi, justru pertentangan itulah yang mencipta suatu kesatuan, keharmonisan.
Setiap pertentangan akan mencipta keadilan, seperti: musim dingin dan
im panas, siang dan
malam, bangun dan tidur, cinta dan benci, tua dan muda, dan
sebagainya.11 Dengan kata lain, musim panas ada ada musim dingin. Kesehatan sebagai
sesuatu yang penting karena ada penyakit.
Kalau dirumuskan secara (dengan) terminologi modern bahwa segala sesuatu
merupakan sintesis dari hal-hal yang bersifat
kontradiktif.
Heraditos
yang mengemukakan pendapatnya bahwa segala yang ada selalu berubah
dan sedang menjadi, ia mempercayai bahwa arche (asas yang pertama
dari alam semesta) adalah api. Api dianggapnya sebagai lambang perubahan dan
kesatuan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada,
dan mengubahnya sesuatu itu menjadi abu atau asap. Walaupun sesuatu itu
apabila dibakar menjadi abu mau asap, toh adanya api tetap ada. Segala sesuatunya
berasal dari api, dan akan kembali ke api.
Menurut pendapatnya, di
dalam arche terkandung sesuatu yang hidup
(seperti roh) yang disebutnya
sebagai logos (akal atau semacam wahyu). Logos inilah yang menguasai dan
sekaligus mengendalikan brberadaan segala sesuatu. Hidup manusia akan
selamat apabila sesuai dengan logos.
6. Parmenides
(540-475 SM)
Ia lahir di kota Elea,
kota perantauan Yunani di Italia Selatan. kebesarannya
sama dengan kebesaran Heradeitos. Dialah yang pertama kali memikirkan
tentang hakikat tentang ada (being).
Menurut penuturan
Plato, pads usia 65 tahun bersama Zeno berkunjung
ke Athena untuk berdialog dengan
Socrates yang mass itu Socrates masih muda. Karya-karyanya berbentuk
puisi.
Menurut
pendapatnya, apa yang disebut sebagai realitas adalah bukan gerak dan perubahan. Hal ini berbeda dengan
pendapat Heradeitos, yaitu bahwa realitas adalah gerak dan
perubahan.
a.
Mengenai
Hakikat yang Ada (Being)
la kagum adanya misteri
segala realitas yang ada. Di situ ia menemukan
berbagai (keanekaragaman) kenyataan, dan ditemukan pula adanya hal yang
tetap dan berlaku secara umum. sesuatu yang tetap dan berlaku umum itu tidak
dapat ditangkap melalui indra, tetapi dapat
ditangkap lewat pikiran atau aka]. Untuk memunculkan realitas tersebut
hanya dengan berpikir.11
Yang ada (being) itu
ada, yang ada tidak dapat hilang menjadi tidak ada, dan yang tidak ada tidak
mungkin muncul menjadi ada, yang tidak ada
adalah tidak ada, sehingga tidak dapat dipikirkan. Yang dapat dipikirkan
hanyalah yang ada saja, yang tidak ada tidak dapat dipikirkan.
Jadi, yang ada (being)
itu satu, umum, tetap, dan tidak dapat dibagi-bagi karena membagi yang ada
akan menimbulkan atau melahirkan banyak
yang ada, dan itu tidak mungkin. Yang ada tidak dijadikan dan tidak dapat musnah. Tidak ada kekuatan
apa pun yang dapat menandingi yang
ada. Tidak ada sesuatu pun yang dapat ditambahkan atau mengurangi terhadap yang ada. Kesempurnaan
yang ada digambarkan, sebuah bola
yang jaraknya dari pusat ke permukaan semuanya sama. Yang ada di segala
tempat, oleh karenanya tidak ada ruangan yang kosong, maka di luar yang ada
masih ada sesuatu yang lain.
7.
Zeno (± 490 -
430 SM)
Zeno lahir di Elea, dan murid dari Parmenides. Sebagai
murid dari Parmenides ia dengan gigihnya mempertahankan ajaran
gurunya dengan cara memberikan argumentasi
secara baik. Maka, di kemudian bah ia dianggap sebagai peletak dasar
dialektika.
Menurut Aristoteles,
Zenolah yang menemukan dialektika, yaitu suatu argumentasi yang bertitik tolak
dari suatu pengandaian atau hipotesis, dan dari hipotesis tersebut ditarik
suatu kesimpulan. Dalam melawan
penentang-penentangnya kesimpulan yang diajukan oleh Zeno dari
hipotesis yang diberikan adalah suatu kesimpulan yang mustahil sehingga
terbukti bahwa hipotesis itu salah.
Sebagai contoh dalam
mengemukakan hipotesis terhadap mekwan gerak adalah sebagai berikut.
a.
Anak panah yang dilepaskan dari busurnya
sebagai hal yang tidak bergerak karena pada setiap saat anak panah tersebut berhenti di suatu tempat tertentu. Kemudian dari tempat
tersebut bergerak ke suatu tempat pemberhentian yang lain, dan seterusnya ...
Memang dikatakan anak panah tersebut
melesat hingga sampai yang dituju,
artinya perjalanan anak panah tersebut sebenarnya merupakan kumpulan
pemberhentian-pemberhentian anak panah.
b.
Achiles si jago lari yang termasyhur
dalam mitologi Yunani tidak dapat menang
melawan kura-kura, karena kura-kura berangkat sebelum Achiles, sehingga Achiles lebih dahulu harus melewati atau
mencapai titik di mana kura-kura berada saat ia berangkat. Setelah
Achiles berada di suatu titik, kura-kura tersebut sudah lebih jauh lagi, dan seterusnya sehingga jarak antara Achiles dan
kura-kura selalu berkurang, tetapi tidak pernah habis.11
Argumentasi Zeno ini
selama 20 abad lebih tidak dapat terpecahkan orang secara logis. Baru dapat
dipecahkan setelah para ahli matematika membuat pengertian limit dari serf tak
terhingga.
8. Empedodes
(490 - 435 SM)
Lahir
di Akragos, pulau Sicilia. Ia sangat dipengaruhi oleh ajaran kaum Pythagorean, Parmenides, dan aliran keagamaan refisme.
Ia pandai dalam bidang kedokteran, penyair retorika, politik,
dan pemikir. Ia menulis karyanya dalam bentuk puisi, seperti Parmenides.
Empedodes sependapat
dengan Parmenides, bahwa alam semesta di
dalamnya tidak ada hal yang dilahirkan secara barn, dan tidak ada hal
yang hilang. Ia tidak setuju dengan konsep ruang kosong, akan tetapi ia mempertahankan adanya pluralitas
dan perubahan dari hasil pengamatan
indra. Realitas tersusun oleh empat unsur, yaitu api, udara, tanah, dan air. Kemudian, empat unsur
tersebut digabungkan dengan unsur
yang berlawanan. Sehingga penggabungan dari unsurunsur yang berlawanan
tersebut akan menghasilkan suatu bendy dengan kekuatan yang sama, tidak berubah, walaupun
dengan komposisi yang berbeda.
Terdapat dua unsur yang
mengatur perubahan-perubahan di alam
semesta ini, yaitu: cinta dan benci. Cinta mengatur ke arah penggabungan, benci mengatur ke arah perceraian atau
perubahan. Kedua unsur tersebut dapat meresap ke mana saja. Proses
penggabungan dan perceraian ini terjadi
secara terus-menerus,. tiada henti-hentinya.
Dengan demikian, dalam
kejadian di alam semesta unsur cinta dan
benci selalu menyertainya. Juga, proses penggabungan dan perceraian tersebut berlaku untuk melahirkan
makhluk-makhluk hidup. Sementara
itu, manusia pun di samping terdiri dari empat unsur (api, udara, tanah dan air) juga mengenal.
keempat unsur tersebut. Hal ini disebabkan oleh teori pengenalan yang
dikemukakan Empedodes bahwa yang sama mengenal yang sarna.11
9. Anaxagoras
( ±
499 - 420 SM)
Ia
dilahirkan di kola Klazomenai, Ionia, kemudian menetap di Athena selama
30 tahun. Anaxogoras adalah ahli pikir yang pertama pang berdomisili
di Athena, di mana di kemudian hari Athena inilah awnjadi
pusat utama perkembangan filsafat Yunani sampai abad bL-2 SM. Ia pernah
diajukan ke pengadilan dengan mengajarkan bahwa matahari adalah batu yang
berpijar dan bulan adalah tanah, bukan sebagai dewa seperti apa yang menjadi kepercayaan
masyarakat pads saat itu. Atas jasa Perides, is dapat dilepaskan
dan kemudian sugarikan diri ke Lampsakos.
Ia
mengarang buah karyanya dalam sebuah prosa. Beberapa fragnwn
dari
bagian pertama buku tersebut masih tersimpan. Menurut besaksian Aristoteles,
Anaxagoras lebih tua daripada Empedodas, wWi buku karyanya muncul setelah karya
Empedodes.11
Pemikirannya,
realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak unsur
dan
tidak dapat dibagi-bagi, yaitu atom." Atom ini sebagai bagian yang terkecil dari materi sehingga tidak dapat terlihat dan jumlahnya
tidak terhingga.
Ia tidak sependapat
dengan konsep ruang kosong. Alasannya bagaimana
dengan gerak atom-atom itu apabila tidak ada ruang kosong. Dan ruang
yang kosong inilah yang menjadi syarat untuk bergeraknya atom-atom.
Tentang
terbentuknya dunia (kosmos), atom-atom yang berbeda bentuknya itu Baling terkait, kemudian digerakkan oleh
puting beliung. Semakin banyak
atom-atom yang bergerak akan menimbulkan pusat gerak
(atom
yang padat).
Realitas seluruhnya
merupakan suatu campuran yang mengandung
semua benih. Di dalam tiap benda mengandung semua benih. Indra kita
tidak dapat melihat semua benih yang ada di dalamnyaHanya bisa dilihat benih yang paling dominan.
Misalnya, kita meh a: emas (yang
terlihat emas, karena warna kuning yang paling dominan), walaupun benih-benih yang lain seperti perak,
besi, tembaga terdapat di dalamnya.
Ia mengemukakan
pemikirannya tentang nus, bahwa apa yang dikemukakan oleh Empedodes tentang cinta dan benci yang menyebabkan
adanya penggabungan dan perceraian, maka Anaxagoras mengemukakan yang
menyebabkan benih-benih menjadi kosmos adalah nus. Nus, yang berarti roh
atau rasio, tidak tercampur dengan benih-benih dan terpisah dari semua benda. Nus
mengenal dan menguasai segala sesuatu.
Karena ajaran
Anaxagoras tentang nus inilah, untuk pertama kalinya dalam filsafat dikenal adanya pembedaan antara yang jasmani dan
yang rohani.11
10. Democritos
(460 - 370 SM)
Ia
lahir di kota Abdera di pesisir Thrake di Yunani Utara. Karena ia berasal
dari keluarga yang kaya raya, maka dengan kekayaannya itu ia bepergian ke Mesir
dan negeri-negeri Timor lainnya. Dari karyakaryanya ia telah mewariskan sebanyak
70 karangan tentang bermacam-macam masalah,
seperti kosmologi, matematika, astronomi, fogika, etika, teknik, musik, puisi, dan lain-lainnya. Oleh karena itu,
is dipandang sebagai seorang sarjana
yang menguasai banyak bidang.
Pemikirannya
adalah bahwa realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari
banyak unsur dan jumlahnya tak terhingga. Unsur-unsur terse-but merupakan
bagian materi yang sangat kecil sehingga indra kita tidak mampu mengamatinya dan tidak dapat dibagi lagi. Unsur-unsur tersebut dikatakan sebagai atom yang berasal dari
satu dari yang lain karena tiga hal yaitu bentuk, urutan, dan posisinya.
Atom-atom ini tidak dijadikan dan tidak
dapat dimusnahkan, tidak berubah, dan tidak berkualitas.
Menurut pendapatnya,
atom-atom itu selalu. bergerak, berarti harus
ada ruang kosong. Satu atom hanya dapat bergerak dan menduduki satu tempat. Maka, Democritos berpendapat
bahwa realitas itu ada dua, yaitu
atom itu sendiri (yang penuh) dan ruang tempat atom bergerak (yang
kosong).
B.
Yunani Klasik
Pada
periode Yunani Klasik ini perkembangan filsafat menunjukkan kepesatan, yaitu
ditandainya semakin besar minas orang terhadap filsafat. Aliran
yang mengawali periode Yunani Klasik ini adalah Sofisme. Penamaan aliran
Sofisme ini berasal dari kata sophos yang artinya cerdik pandai.
Keberadaan Sofisme ini dengan keahliannya dalam
bidang-bidang bahasa, politik, retorika, dan terutama memaparkan
tentang kosmos dan kehidupan manusia di masyarakat sehingga keberadaan Sofisme
ini dapat membawa perubahan budaya dan peradaban Athena.
Antara kaum Sofis dengan Socrates mempunyai hubungan
yang erat sekali. Di samping mereka itu hidup sezaman, pokok
permasalahan pernikiran mereka juga sama,
yaitu permasalahan Socrates bukan ko jagat raya, tetapi
manusia (Socrates telah memindahkan filsafat dari
langit ke bumi), sedangkan kaum Sofis juga memusatkan perhatian pemikirannya kepada manusia. Bahkan
Aristophanes menyebutkan bahwa
sesungguhnya Socrates termasuk kaum Sofis. Perbedaan antara kaum Sofis dengan Socrates adalah bahwa pemikiran
filsafat Socrates sebagai suatu reaksi dan kritik terhadap pemikiran
kaum Sofis.11
1. Kaum
Sofis
Sofisme bukan merupakan suatu aliran atau ajaran, tetapi lebih merupakan suatu gerakan dalam bidang intelektual yang
disebabkan oleh pengaruh kepesatan minat orang terhadap
filsafat.
Istilah Sofis yang berasal dari kata sophistes mempunyai pengertian
seorang sarjana atau cendekiawan. Di kemudian hari sebutan sofis mempunyai
pengertian yang kurang baik karena sofis diartikan sebagai orang-orang yang
pekerjaannya menipu dengan omongan besar,
dengan memakai alasan-alasan yang dibuatnya sehingga orang yang menjadi
korbannya yakin dengan apa yang dikatakan si sofis. Para sofis tersebut pekerjaannya berkeliling kota untuk memberikan ajarannya
dengan imbalan jasa atau uang.
Di atas telah
disebutkan bahwa timbulnya kaum Sofis karena akibat dari minat orang terhadap
filsafat. Akan tetapi, terdapat tiga faktor
yang mendorong timbulnya kaum Sofis, yaitu sebagai berikut.
a.
Perkembangan secara
pesat kota Athena dalam bidang politik dan ekonomi. Hal ini
mengakibatkan kota Athena menjadi ramai, demikian
juga Para ahli pikir atau kaum intelektual mengunjungi kota Athena. Dengan demikian, Athena menjadi kota
yang berkembang sangat pesat dalam
bidang intelektual maupun bidang kultural.
b.
Setelah kota
Athena mengalami keramaian penduduknya yang bertempat tinggal, maka
kebutuhan dalam bidang pendidikan tidak
terelakkan lagi karena desakan kaum intelektual. Lebih-lebih Athena sebagai pusat politik sehingga, peranan pendidikan
sangat penting untuk mendidik kaum mudanya. Kaum Sofis men-&&
kaum mudanya sebagai upaya untuk melanjutkan pendiAkan dasar yang telah ada.
Pendidikan yang diupayakan adalah matematika, astronomi, bahasa yang penting
untuk mendidik kaum muda dalam keterampilan
berdebat dan percaturan politik. Dengan demikian, kaum Sofis mempunyai jasa
yang besar dalam bidang retorika (tata bahasa) atau ilmu keahlian berpidato.
c.
Karena pemukiman
perkotaan bangsa Yunani biasanya terletak di pantai, kontak
dan pergaulan dengan bangsa lain tidak dapat dihindari
lagi. Akibatnya, orang-orang Yunani banyak mengenal berbagai kebudayaan,
dan sekaligus terjadi akulturasi kebudayaan.
Sehingga, dengan terbukanya masyarakat Yunani terhadap budaya luar akan membuat orang-orang Yunani
menjadi dinamis dan berkembang.
d.
Salah satu tokoh
Sofisme adalah Gorgias (480 - 380 SM). Gorgias tokoh Sofisme yang paling banyak muridnya, walaupun masih banyak lagi tokoh yang kecil, misalnya Hippias, Prodikos,
dan Kritias.
2.
Gwgias (480 - 380 SM)
la lahir di Leontinoi,
Sicilia. Namanya menjadi terkenal karena ajarannya
dalam bidang retorika atau seni berpidato, dan memang is sangat pandai
berdebat.
Menurut pendapatnya,
yang penting adalah bagaimana dapat meyakinkan
orang lain agar menerima pendapat kita. Dengan demikian, dalam
berdebat bukan mencari kebenaran, tetapi bagaimana memenangkan perdebatan.
Pemikirannya
yang penting adalah:
a.
mencari keterangan tentang asal usul
yang ada;
b.
bagaimana peran
manusia sebagai makhluk yang mempunyai ke hendak berpikir karena dengan
kehendak berpikir itulah manusia mempunyai
pengetahuan yang nantinya akan menentukan sikap hidupnya;
c.
norma yang sifatnya umum tidak ada, yang
ada norma yang individualistic
(subjektivisme);
d.
bahwa kebenaran tidak dapat diketahui
sehingga ia termasuk penganut Skeptisisme.
Dari
pendapat beberapa orang terhadap aliran Sofisme terdapat perbedaan, yaitu ada yang menganggap bahwa aliran
Sofisme sebagai aliran yang merusak dunia filsafat. Jugs sebaliknya, yaitu
mengajarkan kepada orang agar kita dapat berpikir secara kritis,
(ini tidak dapat kita tiru) mencari
kelemahan-kelemahan yang sifatnya destruktif agar kita memenangkan perdebatan.
Aspek
positif dari adanya aliran Sofisme ini akan mempengaruhi terhadap,
kebudayaan Yunani, yaitu suatu revolusi intelektual, dan mengangkat manusia
sebagai objek pemikiran filsafat. Hal ini akan mempengaruhi pemikiran Socrates
Berta pelopor bagi pendidikan bagi para
pemuda secara sistematis. Aspek negatifnya, aliran Sofisme membawa
pengaruh yang tidak baik terhadap kebudayaan Yunani, terutama nilai-nilai
tradisional (agama dan moral) dihancurkan. Kecakapan berpidato dipergunakan
untuk memutarbalikkan kebenaran karena
Sofisme meragukan kebenaran dan ilmu pengetahuan digoncangkan.20
Hal terpenting dengan
munculnya Sofisme ini adalah mempunyai
peran yang sangat penting dalam rangka menyiapkan kelahiran pemikiran filsafat Yunani Klasik yang dipelopori
Socrates, Plato, dan Aristoteles.
3.
Socrates (469 - 399)
Mengenai
riwayat Socrates tidak banyak diketahui, tetapi sebagai utama keterangan
tentang dirinya dapat diperoleh dari tulisan hanes, Xenophon, Plato, dan Aristoteles. Ia sendiri tidak mekan
tulisan, sedangkan keterangan tentang dirinya didapat para muridnya. Orang yang paling banyak menulis tentang tes adalah Plato yang berupa dialog-dialog.
Ia anak
seorang pemahat Sophroniscos, dan ibunya bernama rnarete, yang pekerjaannya seorang bidan. Istrinya bernama yang
dikenal sebagai seorang yang judes (galak dan keras). berasal dari
keluarga yang kaya dengan mendapatkan pendidikan baik, kemudian menjadi prajurit Athena. Ia terkenal sebagai prayang gagah
berani. Karena ia tidak suka terhadap urusan politik, ia lebih senang
memusatkan perhatiannya kepada filsafat, yang ia dalam keadaan miskin.
Seperti
halnya kaum Sofis, Socrates mengarahkan perhatiannya manusia sebagai objek pemikiran filsafatnya. Berbeda
dengan Sofis, yang setiap mengajarkan pengetahuannya selalu met
bayaran, tetapi Socrates tidak memungut bayaran kepada muridnya. Maka, ia kemudian oleh kaum Sofis sendiri dituduh rikan ajaran barunya, merusak moral para pemuda,
dan me-g kepercayaan negara. Kemudian ia ditangkap dan akhirnya coati dengan minum racun pada umur 70 tahun yaitu
pada 399 SM. Pembelaan Socrates atas
tuduhan tersebut telah ditulis Plato
dalam karangannya: Apologia.
Sejak muda Socrates telah terlihat sifat
kebijaksanaannya, karena min ia cerdas juga pada setiap perilakunya dituntun oleh suara
batin (daimon) yang selalu membisikkan dan menuntun ke arah keutamaan moral. Cara
memberikan pelajaran kepada para muridnya dengan &alog (tanya
jawab), yang bertu)uaD untuk mengupas kebenaran semu yang selalu menyelimuti
Para muridnya. Kebenaran semu tersebut muncul karena ketidaktahuan para
muridnya tentang hal-hal tertentu. Dengan-cara dialog pengetahuan
semu akan terdobrak sehingga mampu keluar dan melahirkan pengetahuan yang
sejati.
Peran
Socrates dalam mendobrak pengetahuan semu itu meniru pekerjaan ibunya sebagai seorang bidan dalam upaya
menolong kelahiran bayi, akan tetapi ia
berperan sebagai bidan pengetahuan. Teknik dalam upaya menolong
kelahiran (bayi) pengetahuan itu disebut majeutike
(kebidanan) yaitu dengan cara
mengamat-amati hal-hal yang konkret dan yang beragam coraknya tetapi
pada jenis yang sama. Kemudian unsur-unsur
yang berbeda dihilangkan sehingga tinggallah unsur yang sama dan
bersifat umum, itulah pengetahuan sejati.
Pengetahuan sejati atau
pengertian sejati sangat penting dalam mencapai
keutamaan moral. Barangsiapa yang mempunyai pengertian sejati berarti memiliki kebajikan (arete) atau
keutamaan moral berarti pula memiliki kesempurnaan manusia sebagai
manusia.*)
Socrates
dengan pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia secara
keseluruhan, yaitu dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah yang
keduanya tidak dapat dipisahkan karena dengan keterkaitan kedua hal tersebut
banyak nilai yang dihasilkan.
4. Plato
(427 - 347 SM)
Plato adalah pengikut Socrates yang tact di antara para
pengikutnya yang mempunyai pengaruh besar. Selain dikenal sebagai ahli pikir jugs dikenal sebagai sastrawan yang terkenal. Tulisannya
sangat banyak, sehingga keterangan tentang dirinya dapat diperolehnya secara
cukup Ia lahir di Athena, dengan nama asli Aristodes. Ia
belajar filsafat dari Socrates, Pythagoras, Heradeitos, dan Elia, akan tetapi
ajarannya yang paling besar pengaruhnya
adalah dari nama Ariston dan ibunya bernama
Periktione. Sebagai orang yang dilahirkan dalam lingkungan keluarga bangsawan ia mendapatkan pendidikan yang baik
dari seorang bangsawan, bernama Pyrilampes.
Sejak anak-anak ia telah mengenal Socrates dan kemudian
menjadi gurunya selama 8 tahun.
Pada
usia 40 tahun ia mengunjungi Italia dan Sicilia, untuk belajar ajaran
Pythagoras, kemudian sekembalinya ia mendirikan sekolah: Akademia. sekolah tersebut dinamakan Akademis,
karena berdekatan dengan kuil Akademos seorang pahlawan Athena. Ia memimpin
sekolah tersebut selama 40 tahun.
Ia memberikan pengajaran secara baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan
filsafat, terutama bagi orangorang yang akan menjadi politikus.
Sebagai titik tolak
pemikiran filsafatnya, ia mencoba menyelesaikan permasalahan lama: mana yang
benar yang berubah-ubah (Heradeitos) atau
yang tetap (Parmenides). Mana yang benar antara pengetahuan yang lewat indra
dengan pengetahuan yang lewat akal. Pengetahuan
yang diperoleh lewat indra dise-butnya pengetahuan indra atau
pengetahuan pengalaman. Sementara itu, pengetahuan yang diperoleh lewat akal disebut pengetahuan akal. Pengetahuan indra atau pengetahuan
pengalaman bersifat tidak tetap atau berubah-ubah, sedangkan pengetahuan akal bersifat
tetap atau tidak berubah-ubah.
Sebagai
contoh, terdapat banyak segitiga yang bentuknya berlainlainan
menurut pengetahuan indra atau pengetahuan pengalaman, tetapi dalam ide atau pikiran bentuk segitiga tersebut hanya satu dan tetap,
dan ini menurut pengetahuan akal.
Dunia Ide dan Dunia
Pengalaman
Sebagai
penyelesaian persoalan yang dihadapi Plato tersebut di atas, is menerangkan bahwa manusia itu sesungguhnya
berada dalam dua dunia, yaitu dunia pengalaman yang bersifat
tidak tetap, bermacam-macam dan berubah
Berta dunia ide yang bersifat tetap, hanya sat' macam, dan tidak
berubah. Dunia pengalaman merupakan bayang-bayang
dari dunia ide sedangkan dunia ide merupakan dunia yang sesungguhnya,
yaitu dunia realitas. Dunia inilah yang menjadi "model" dunia
pengalaman. Dengan demikian, dunia yang sesungguhnya atau dunia realitas itu
adalah dunia ide.
jadi,
Plato, dengan ajarannya tentang ide, berhasil menjembatani pertentangan
pendapat antara Herakleitos dan Parmenides. Plato mengemukakan bahwa ajaran dan pemikiran Herakleitos itu benar, tetapi
hanya berlaku pada dunia pengalaman. Sebaliknya, pendapat Parmenides jugs
benar, tetapi hanya berlaku pada dunia ide yang hanya dapat dipikirkan oleh
akal.
Dibandingkan
dengan gurunya, Socrates, Plato telah maju selangkah dalam pemikirannya. Socrates barn sampai pada
pemikiran tentang sesuatu yang umum
dan merupakan hakikat suatu realitas, tetapi Plato telah
mengembangkannya dengan pemikiran bahwa hakikat suatu realitas itu bukan
"yang umum", tetapi yang mempunyai kenyataan yang terpisah dari sesuatu yang berada secara konkret, yaitu ide. Dunia
ide inilah yang hanya dapat dipikirkan dan diketahui oleh akal.11
Pemikirannya
tentang Tuhan, Plato mengemukakan bahwa terdapat
beberapa masalah bagi manusia yang tidak pantas apabila tidak mengetahuinya.
Masalah tersebut adalah sebagai berikut.
a.
Manusia itu mempunyai Tuhan sebagai
penciptanya.
b.
Tuhan itu
mengetahui segala sesuatu yang diperbuat oleh manusia.
c.
Tuhan hanya dapat diketahui dengan cara
negatif, tidak ada ayat, tidak ada anak dan lain-lain.
d.
Tuhanlah yang menjadikan alam ini dari
tidak mempunyai peraturan menjadi mempunyai peraturan.
Sebagai puncak
pemikiran filsafat Plato adalah pemikirannya tentang
negara, yang tertera dalam Polites dan Nomoi. Pemikirannya tentang negara ini sebagai upaya Plato untuk
memperbaiki keadaan negara yang dirasakan buruk.
Konsepnya
tentang negara di dalamnya terkait etika dan teorinya tentang negara. Konsepnya tentang etika sama seperti
Socrates, yaitu bahwa tujuan hidup
manusia adalah hidup yang baik (eudaimonia atau
well-being). Akan tetapi, untuk hidup yang baik tidak
mungkin dflakukan tanpa di dalam polis
(negara). Alasannya, karena manusia menurut kodratnya merupakan makhluk
social dan kodratnya di dalam polis
(negara). Maka, untuk hidup yang baik, dituntut adanya negara yang baik.
Sebaliknya, polis (negara) yang jelek atau buruk tidak mungkin menjadikan Para
warganya hidup dengan baik.
Menurut Plato, di
dalam negara yang ideal terdapat tiga golongan berikut.
a.
Golongan yang tertinggi, terdiri dari
orang-orang yang memerintah (para penjaga, para filsuD.
b.
Golongan pembantu,
terdiri dari para prajurit, yang bertugas untuk menjaga keamanan negara dan menjaga ketaatan para warganya.
c.
Golongan rakyat
biasa, terdiri dari petani, pedagang, tukang, yang bertugas
untuk memikul ekonomi negara (polis)23
Tugas
negarawan adalah mencipta keselarasan antara semua keahlian dalam negara (polis) sehingga mewujudkan keseluruhan
yang harmonis. Bentuk pemerintahan
harus disesuaikan dengan keadaan yang nyata.
Apabila
suatu negara telah mempunyai Undang-Undang Dasar, bentuk
pemerintahan yang paling tepat adalah monarki. Bentuk pemerintahan yang aristokrasi dianggap kurang tepat dan sedangkan bentuk
pemerintahan yang terburuk adalah demokrasi. Sementara itu, apabila suatu negara belum mempunyai Undang-Undang Dasar, bentuk pemerintahan yang paling tepat adalah
demokrasi, dan yang paling buruk
adalah monarki. Konsep tentang negara ini ter'tera dalam Politeia
(Tara negara)."
5. Aristoteles
(384 - 322 SM)
la dilahirkan di
Stageira, Yunani Utara pads tahun 384 SM. Ayahnya
seorang dokter pribadi di raja Macedonia Amyntas. Karena hidupnya di lingkungan istana, ia mewarisi
keahliannya dalam pengetahuan
empiris dari ayahnya. Pads usia 17 tahun ia dikirim ke Athena untuk
belajar di Akademia Plato selama kira-kira 20 tahun hingga Plato meninggal. Beberapa lama ia menjadi pengajar
di Akademia Plato untuk mengajar logika dan retorika.
Setelah Plato meninggal
dunia, Aristoteles bersama rekannya Xenokrates
meninggalkan Athena karena ia tidak setuju dengan pendapat pengganti
Plato di Akademia tentang filsafat. Tiba di Assos, Aristoteles dan rekannya mengajar di sekolah Assos. Di sini Aristoteles menikah dengan Pythias. Pads tahun 345 SM
kota Assos diserang oleh tentara Parsi, rajanya (rekan Aristoteles)
dibunuh, kemudian Aristoteles dengan kawan-kawannya melarikan diri ke Mytilene
di pulau Lesbos tidak jauh dari Assos.
Tahun
342 SM Aristoteles diundang raja Philippos dari Macedonia untuk mendidik anaknya Alexander. Dengan bantuan raja
Aristoteles mendirikan sekolah Lykeion.
Karya-karya Aristoteles berjumlah delapan pokok bahasan
sebagai berikut.
a. Logika,
terdiri dari:
1)
Categoriac (kategori-kategori),
2)
De interpretations (perihal
penafsiran),
3)
Analytics Priors (analitika
logika yang lebih dahulu),
4)
Analytics Posteriors (analitika
logika yang kemudian),
5)
Topics,
6)
De Sophistics Elenchis (tentang
cars berargumentasi kaum Sofis).
b. Filsafat
Alam, terdiri dari:
1)
Phisica,
2)
De caelo (perihal langit),
3)
De generatione et corruptions (tentang timbul-hilangnya
makhluk-makhluk jasmani),
4)
Meteorologica (ajaran tentang
badan-badan jagad rays).
c. Psikologi,
terdiri dari:
1)
De anima (perihal
jiwa),
2)
Parva naturalia (karangan-karangan
kecil tentang pokokpokok alamiah).
d. Biologi,
terdiri dari:
1)
De partibus animalium (perihal
bagian-bagian binatang)
2)
De mutu animalium (perihal
gerak binatang)
3)
De incessu animalium (tentang
binatang yang berjalan)
4)
De generatione animalium (perihal
kejadian binatang-binatang)
e.
Metafisika, oleh Aristoteles
dinamakan sebagai filsafat pertama atau theologia.
f.
Etika, terdiri
dari:
1)
Ethica
Nicomachea,
2)
Magna moralia (karangan besar tentang moral),
3)
Ethica
Eudemia.
g.
Politik dan
ekonomi, terdiri dari:
1)
Politics,
2)
Economics.
h.
Retorika dan poetika, terdiri dari:
1)
Rhetorica,
2)
Poetica.
Berikut ini akan kami uraikan tentang beberapa pemikiran
Aristoteles yang terdiri dari:
a.
ajarannya tentang
logika;
b. ajarannya tentang sillogisme;
c.
ajarannya tentang
pengelompokan ilmu pengetahuan;
d. ajarannya tentang potensia dan dinamika;
e.
ajarannya tentang
pengenalan;
f.
ajarannya tentang etika;
g. ajarannya
tentang negara.
ad. a. Ajarannya tentang Logika
Logika tidak dipakai oleh Aristoteles, ia memakai istilah
analitika. Istilah logika pertama kali muncul pada abad pertama
Masehi oleh Cicero, artinya seni berdebat. Kemudian, Alexander Aphrodisiac
(Abad III Masehi) orang pertama yang memakai kata logika yang artinya ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya
pemikiran kita.
Menurut
Aristoteles, berpikir harus dilakukan dengan bertitiktolak pada
pengertian-pengertian sesuatu benda. Suatu pengertian mernuat dua golongan,
yaitu substansi (sebagai sifat yang umum), dan
aksidensia (sebagai sifat yang
secara tidak kebetulan). Dari dua golongan tersebut terurai menjadi
sepuluh macam kategori, yaitu:
1. Subtansi
(mis. manusia, binatang);
2. kuantitas
(dua, tiga);
3. kualitas
(merah, baik);
4. relasi
(rangkap, separuh);
5. tempat
(di rumah, di pasar);
6. waktu
(sekarang, besok);
7. keadaan
(duduk, berjalan);
8. mempunyai
(berpakaian, suami);
9. berbuat
(membaca, menulis);
menderita
(terpotong, tergilas. Sampai sekarang, aristoteles dianggap sebagai bapak
logika tradisional.
ad. b. Ajarannya tentang Silogisme
Menurut Aristoteles, pengetahuan manusia hanya dapat
dimunculkan dengan dua cara, yaitu induksi
dan deduksi. Induksi adalah proses
berpikir yang bertolak pada hal-hal yang khusus untuk kesimpulan yang
sifatnya umum. Sementara itu, deduksi proses
berpikir yang bertolak pada dua kebenaran yang tidak lagi untuk mencapai
kesimpulan sebagai kebenaran yang ketiga. Menurut
pendapatnya, deduksi ini merupakan jalan yang baik melahirkan pengetahuan baru. Berpikir deduksi
yaitu silogisme,yang terdiri dari premis mayor dan premis minor, dan
kesimpulan.
Perhatikan contoh berikut.
-
Manusia makhluk hidup (premis mayor)
-
Si Fulan adalah
manusia (premis minor)
-
Si Fulan adalah
makhluk hidup (kesimpulan)
ad. c. Ajarannya tentang Pengelompokan
Ilmu Pengetahuan
Aristoteles
mengelompokkan ilmu pengetahuan menjadi tiga golongan,
yaitu:
a.
ilmu pengetahuan
praktis (etika dan politik);
b.
ilmu pengetahuan
produktif (teknik dan kesenian);
c.
ilmu pengetahuan
teoretis (fisika, matematika, metafisika).
ad. d. Ajarannya tentang Aktus dan
Potensia
Mengenai
realitas atau yang ada, Aristoteles tidak sependapat dengan gurunya Plato yang mengatakan bahwa realitas itu ada pada dunia ide. Menurut Aristoteles, yang ada itu berada
pada hal-hal yang khusus dan konkret. Dengan kata lain, titik tolak
ajaran atau pemikiran filsafatnya adalah ajaran Plato tentang ide. Realitas
yang sungguh-sungguh ada bukanlah yang umum dan yang tetap seperti yang
dikemukakan Plato, tetapi realitas terdapat pada yang khusus dan yang individual. Keberadaan manusia bukan di
dunia ide, tetapi manusia berada yang satu per satu. Dengan demikian,
realitas itu terdapat pada yang konkret,
yang bermacam-macam, yang berubah-ubah.
Itulah realitas yang sesungguhnya.
Mengenai hule dan morfe, bahwa yang disebut
sebagai hule adalah suatu unsur
yang menjadi dasar permacaman. Sementara itu, morfe adalah unsur yang menjadi dasar kesatuan. Setiap benda
yang konkret terdiri dari hule dan morfe.
Misalnya, es batu dapat dijadikan es teh, es sirop, es jeruk, dan
es teh tentu akan lain dengan es jeruk karena morfenya. Jadi, hule dan morfe
tidak terpisahkan.
ad e.
Ajarannya tentang Pengenalan
Menurut
Aristoteles, terdapat dua macam pengenalan, yaitu pengenalan indrawi dan
pengenalan rasional. Dengan pengenalan indrawi
kita hanya dapat memperoleh pengetahuan tentang bentuk benda (bukan
materinya) dan hanya mengenal hal-hal yang konkret. Sementara itu, pengenalan
rasional kita akan dapat memperoleh pengetahuan
tentang hakikat dari sesuatu benda. Dengan pengenalan rasional ini kita
dapat menuju satu-satunya untuk ke ilmu pengetahuan. Cara untuk menuju ke ilmu pengetahuan adalah dengan
teknik abstraksi. Abstraksi artinya
melepaskan sifat-sifat atau keadaan yang secara kebetulan, sehingga
tinggal sifat atau keadaan yang secara kebetulan
yaitu intisari atau hakikat suatu benda.
ad. f. Ajarannya
tentang Etika
Aristoteles mempunyai perhatian yang khusus terhadap
masalah etika. Karena etika bukan diperuntukkan sebagai cita-cita, akan tetapi dipakai sebagai hukum
kesusilaan. Menurut pendapatnya, tujuan tertinggi hidup
manusia adalah kebahagiaan (eudaimonia). Kebahagiaan adalahh
suatu keadaan di mana segala sesuatu yang termasuk dalam keadaan bahagia telah berada dalam diri manusia.
Jadi, bukan sebagai sebahagian subjektif. Kebahagiaan harus sebagai suatu
aktivitas yang nyata , dan dengan perbuatannya itu dirinya semakin
disempurnakan..Kebahagiaan manusia yang tertinggi adalah berpikir murni.
ad. g. Ajarannya
tentang Negara
Menurut Aristoteles, negara akan damai apabila rakyatnya
juga damai. Negara yang paling baik adalah negara dengan sistem
demokrasi yang berdasarkan moderat,
artinya sistem demokrasi yang berdasarkan Undang-Undang Dasar.
6. Filsafat
Hellenisme
Filsafat Yunani Klasik
mencapai puncaknya dengan munculnya Aristoteles. Setelah Aristoteles meninggal
dunia, pemikiran filsafat Yunani merosot. Lima abad sepeninggal Aristoteles
terjadi kekosongan sehingga tidak ada ahli pikir yang menghasilkan buah
pemikiran filsafatnya seperti Plato atau Aristoteles, sampai munculnya filosof
Plotinus (204 - 270).
Lima abad dari adanya
kekosongan di atas diisi oleh aliran-aliran besar
(seperti: Epikurisme, Stoaisme, Skeptisisme, dan Neoplatonisme). Pokok permasalahan filsafat dipusatkan pada
cara hidup manusia sehingga orang yang dikatakan bijaksana adalah orang
yang mengatur hidupnya menurut budinya. Cara
untuk mengatur hidup inilah yang
menjadi dasar dari Epikurisme, Stoaisme, dan Skeptisisme. Menurut sejarah filsafat, masa ini (sesudah
Aristoteles) disebut zaman Hellenisme .17
Filsafat Hellenisme ini
dimulai pada pemerintahan Alexander Agung (356 - 23 SM) atau Iskandar
Zulkarnain Raja Macedonia. Pada zaman ini terjadi pergeseran pemikiran
filsafat, dari filsafat teoretis menjadi filsafat praktis.
a.
Epicurisme
Sebagai tokohnya Epicurus (341 - 271 SM), lahir di
Samos dan mendapatkan pendidikan di Athena. la mendapat pengaruh dari ajaran
Democritos dan Aristophos.
Pokok
ajarannya adalah bagaimana agar manusia itu dalam hidupnya bahagia. Epicurus mengemukakan bahwa agar manusia dalam hidupnya
bahagia terlebih dahulu harus memperoleh ketenangan jiwa (ataraxia). Menurut
kenyataan, banyak manusia yang hidupnya tidak bahagia karena mengalami
ketakutan. Jadi, apabila manusia telah dapat menghilangkan ketakutannya itu,
niscaya manusia akan memperoleh ketenangan jiwa, yang selanjutnya akan
memperoleh kebahagiaan.
Terdapat
tiga ketakutan dalam diri manusia seperti berikut ini.
Pertama,
agar manusia tidak takut terhadap kemarahan dewa. Sesungguhnya tidak beralasan manusia takut terhadap kemarahan dewa
karena dewa mempunyai dunianya sendiri dan manusia
mempunyai dunianya sendiri. jadi dunia dewa dengan manusia lain.
Kedua, agar
manusia tidak takut terhadap kematian. Tidak beralasan apabila manusia takut terhadap kematian karena kematian itu merupakan
akhir suatu kehidupan dan setelah manusia hidup, tidak ada kehidupan lagi. Jadi, manusia tidak perlu takut akan
kematian.
Ketiga,
agar manusia tidak takut terhadap nasib. Karena nasib manusia bukan ditentukan oleh dewa, akan tetapi ditentukan
oleh atom-atom. Dengan demikian, adanya nasib manusia itu
tergantung dari gerak atom-atom yang terdapat dalam diri
manusia. Maka tidak ada alasan untuk takut terhadap
nasib.
Untuk
mencapai kebahagiaan manusia harus menghilangkan rasa ketakutan
terhadap kemarahan dewa, kematian, dan akan nasib.
b.
Stoaisme
Sebagai tokohnya. adalah Zeno
(366 - 264 SM) yang berasal dari Citium,
Cyprus. Ajarannya mempunyai persamaan dengan Epicurus.
Pokok ajarannya adalah bagaimana manusia dalam
hidupnya dapat bahagia. Untuk mencapai
kebahagiaan tersebut manusia harus harmoni terhadap dunia (alam) dan harmoni
dengan dirinya sendiri. Mengapa
manusia harus harmoni dengan dunia (alam), karena manusia merupakan bagian daripada dunia (alam). Untuk
mencapai harmoni dengan dunia (alam), manusia harus terlebih dahulu
harus harmoni dengan dirinya sendiri. Apabila manusia telah dapat mencapai harmoni
dengan dirinya sendiri, maka kebahagiaan bukan lagi sebagai tujuan hidup, tetapi dalam keadaan harmoni dengan
dirinya sendiri, itulah sesungguhnya manusia dalam keadaan apatheia, yaitu
keadaan tanpa rasa (pathe) atau keadaan manusia di mana dirinya dapat menguasai
segala perasaannya.11
c.
Skeptisisme
Tokoh
skeptisisme adalah Pyrrhe (360 - 270 SM). Pokok ajarannya
adalah bagaimana cara manusia agar dapat hidup berbahagia. Hal ini is
menengarai bahwa sebagian besar manusia itu hidupnya tidak bahagia, sehingga manusia sukar sekali mencapai kebijaksanaan. Syaratnya, manusia perlu untuk tidak
mengambil keputusan karena orang yang tidak pernah mengambil keputusan
itu disebut orang yang tidak pernah keliru.
Untuk tidak pernah keliru itu manusia harus
selalu ragu-ragu terhadap segala bentuk kebenaran dan pengetahuan.
Dengan demikian, orang yang bijaksana adalah orang yang selalu ragu-ragu, dengan ragu-ragu itu orang akan tidak pernah keliru. Akhirnya orang tersebut dikatakan sebagai orang
yang tidak pernah mengambil keputusan, dan orang yang tidak pernah
mengambil keputusan itulah orang yang berbahagia.
Aliran
yang lain tingkatannya lebih kecil dari ketiga aliran di atas adalah:
Neopythagoras (merupakan campuran dari ajaran Plato, Aristoteles, dan Kaum Stoa), tokohnya Appolonius dari Tyana yang hidup abad pertama SM. Kemudian, Platonis Tengah
di mana ajarannya banyak diwarnai
ajaran agama. Tokohnya Plutarkhos dan Noumenios, yang hidup pada abad kedua Masehi.
Aliran ketiga adalah
filsafat Yahudi. Tokohnya adalah Philo yang
hidup tahun 30 SM. la mengupayakan perpaduan antara filsafat Yahudi dengan filsafat Hellenisme.
d.
Neoplatonisme
Tokohnya
adalah Plotinus clan Ammonius Saccas. Kurang lebih 5 abad
sesudah Aristoteles meninggal dunia, muncul kembali filsafat Yunani yang untuk
terakhir kalinya. Munculnya kembali pemikiran filsafat
Yunani ini bersamaan dengan munculnya agama Kristen (awal abad Masehi).
Plotinus (204 - 270)
lahir di Lykopolis, Mesir. Pemikiran filsafatnya dipengaruhi oleh Plato,
sedikit Aristoteles. Titik tolak pemikiran filsafat Plotinus adalah bahwa asas
yang menguasai segala sesuatu adalah satu. Filsafat Neoplatonisme merupakan
perpaduan antara filsafat Plato (Ide
kebaikan tertinggi) dengan diberi penekanan kepada upaya pencarian
pengalaman batiniah untuk menuju ke kesatuan
dengan Tuhan (Yang Esa).
Pemikirannya, karena
Tuhan merupakan isi dan titik tolak pemikirannya,
Tuhan dianggap sebagai Kebaikan Tertinggi dan sekaligus menjadi tujuan semua kehendak. Ada segala
sesuatu timbul dari Ada Yang Esa.
Yang Esa keluar dari dalam dirinya, tanpa gerak, tanpa kehendak. Yang
Esa mengeluarkan pancaran sinar yang tidak bergerak (yaitu matahari yang juga selalu memancarkan sinarnya).
Demikian juga, manusia
sebagai makhluk bukanlah sebagai ciptaan Tuhan, tetapi pancaran Tuhan. Proses
timbulnya makhluk, pertama yang muncul dari Yang Esa disebut jiwa. jiwa inilah
yang menggerakkan alam semesta. Kemudian, dari jiwa timbul roh-roh, dari roh-roh
menimbulkan materi-materi.
Karena segala sesuatu
(termasuk manusia) itu timbul dengan sendirinya (tidak dicipta Tuhan), tugas
manusia adalah kembali ke asalnya yaitu Tuhan. Dalam kehidupan manusia di
dunia, apabila manusia terlalu mencurahkan
hidupnya ke arah dunia, manusia akan melupakan kodrat sejatinya. Dan apabila
manusia memandang dunia secara
wajar, manusia akan dapat mencapai dunia ide (Ide Yang Satu yaitu
Tuhan).
Plotinus mengharapkan
agar manusia tidak menekankan keduniawian sehingga cepat dapat mencapai
keindahan dunia. Untuk mencapai keindahan dunia sehingga cepat sampai ke dunia
Ide, manusia harus memurnikan diri dari keduniawian yang serbaneka. Akhirnya,
apabila manusia dapat memurnikan dirinya dengan menjauhi keduniawian, manusia niscaya akan dapat bersatu dengan Tuhan.11
Walaupun Plotinus
mendasarkan diri pada pemikiran Plato, tetapi
Plotinus memajukan hal baru yang belum terdapat dalam filsafat Yunani, yaitu arah pemikirannya kepada Tuhan
clan Tuhan dijadikan dasar segala sesuatunya.
Karena zaman Neoplatonisme ini diwarnai oleh agama,
zaman ini
disebutnya sebagai zaman mistik.
BAB II
FILSAFAT BARAT ABAD PERTENGAHAN
Filsafat Yunani
mengalami kemegahan dan kejayaannya dengan hasil yang sangat
gemilang, yaitu melahirkan peradaban Yunani. Menurut
pandangan sejarah filsafat, dikemukakan bahwa peradaban Yunani merupakan
titik tolak peradaban manusia di dunia. Maka pandangan sejarah filsafat
dikemukakan manusia di dunia. Giliran selanjutnya adalah warisan peradaban
Yunani jatuh ke tangan kekuasaan Romawi.'
Kekuasaan Romawi memperlihatkan kebesaran clan kekuasaannya hingga daratan Eropa (Britania), tidak ketinggalan pula pemikiran filsafat Yunani juga ikut terbawa.
Hal ini berkat peran Caesar Augustus
yang mencipta masa keemasan kesusastraan Latin, kesenian, dan arsitektur Romawi.1
Setelah filsafat
Yunani sampai ke daratan Eropa, di sana mendapatkan lahan baru dalam pertumbuhannya. Karena bersamaan dengan agama
Kristen, filsafat Yunani berintegrasi dengan agama Kristen, sehingga membentuk suatu formulasi baru. Maka,
muncullah filsafat Eropa yang sesungguhnya sebagai penjelmaan filsafat Yunani
setelah berintegrasi dengan agama Kristen.
Di dalam masa
pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa (kira-kira selama 5
abad) belum memunculkan ahli pikir (filosof, akan
tetapi -setelah abad ke-6 Masehi, barulah muncul para ahli pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. jadi,
filsafat Eropa yang mengawali
kelahiran filsafat barat abad pertengahan.
Kekuatan pengaruh
antara filsafat Yunani dengan agama Kristen dikatakan seimbang. Apabila tidak
seimbang pengaruhnya, maka tidak mungkin berintegrasi
membentuk suatu formula baru. Walaupun agama
Kristen relatif masih baru keberadaannya, tetapi pada saat itu muncul anggapan yang sama terhadap filsafat
Yunani ataupun agama Kristen. Anggapan pertama, bahwa Tuhan turun ke
bumi (dunia) dengan membawa kabar baik bagi
umat manusia. Kabar baik tersebut berupa
firman Tuhan yang dianggap sebagai sumber kebijaksanaan yang sempurna dan
sejati. Anggapan kedua, bahwa walaupun orangorang telah mengenal agama baru, tetapi juga mengenal filsafat Yunani
yang dianggap sebagai sumber kebijaksanaan yang tidak diragukan lagi kebenarannya.
Dengan demikian,
di benua Eropa filsafat Yunani akan tumbuh dan berkembang dalam suasana yang
lain. Filsafat Eropa merupakan sesuatu yang baru, suatu formulasi
baru, pohon filsafat masih yang lama (dari Yunani), tetapi tunas yang baru
(karena pengaruh agama Kristen)
memungkinkan perkembangan dan pertumbuhan yang rindang.3
Filsafat Barat
Abad Pertengahan (476 - 1492) juga dapat dikatakan sebagai "abad
gelap". Pendapat ini didasarkan pada penclekatan sejarahSereja. Memang
pada saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia sehingga
manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk
mengembangkan potensi yang terdapat dalamdirinya.
Para Ali pikir pada saat itu pun ticlak memiliki kebebasan berpikir.
Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja,
orang yang mengemukakannya akan mendapatkan hukuman berat. Pihak gereja
melarang diadakannya penyeliclikanpenyelidikan berdasarkan rasio terhadap
agama. Karena itu, kajian terhadap
agama/teologi yang tidak berdasarkan ketentuan gereja akan mendapatkan larangan yang ketat. Yang berhak
mengadakan penyelidikan terhadap agama hanyalah pihak gereja. Walaupun
demikian, ada juga yang melanggar
larangan tersebut dan mereka dianggap orang murtad dan kemudian
diaclakan pengejaran (inkuisisi). Pengejaran terhadap
orang-orang murtad ini mencapai puncaknya pada saat Paus Innocentius III di akhir abad XII, dan yang paling
berhasil dalam pengejaran orang-orang murtad ini di Spanyol.
Ciri-ciri
pemikiran filsafat barat abad Pertengahan adalah:
-
cara berfilsafatnya dipimpin oleh
gereja;
-
berfilsafat di dalam lingkungan ajaran
Aristoteles;
-
berfilsafat dengan pertolongan Augustinus
clan lain-lain.
Masa
Abad Pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang penuh dengan
upaya menggiring manusia ke dalam kehidupan/sistern
kepercayaan yang picik dan fanatik, dengan menerima ajaran gereja secara_membabi buta. Karena itu
perkembangan ilmu pengetahuan terhambat.
Masa
ini penuh dengan dominasi gereja, yang tujuannya untuk membimbing umat ke arah
hidup yang saleh. Namun, di sisi lain, dominasi
gereja ini tanpa memikirkan martabat dan kebebasan manusia yang mempunyai perasaan, pikiran, keinginan,
dan cita-cita untuk menentukan masa depannya sendiri.
Masa
Abad Pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu: masa Patristik dan masa Skolastik. Masa Skolastik t--erb--a-gi
menjadi: Skolastik Awal, Skolastik Puncak, clan Skolastik Akhir.
A.
Masa Patristik
Istilah Patristik berasal dari kata Latin pater atau
bapak, yang artinya para pemimpin gereja. Para pemimpin gereja ini dipilih dari
golongan atas atau golongan ahli pikir. Dari
golongan ahli pikir inflate menimbulkan sikap yang beragam pemikirannya.
Mereka ada yang menolak filsafat Yunani dan ada yang menerimanya.
Bagi
mereka yang menolak, alasannya karena beranggapan bahwa sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, dan
tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti dari filsafat
Yunani. Bagi mereka yang menerima sebagai alasannya beranggapan bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman Tuhan,
tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya diambil
metodosnya saja (tats cara berpikir). juga, walaupun filsafat Yunani sebagai
kebenaran manusia, tetapi manusia juga sebagai ciptaan Tuhan. jadi, memakai/menerima filsafat Yunani diperbolehkan selama
dalam teal-teal tertentu tidak bertentangan dengan agama.
Perbedaan pendapat
tersebut berkelanjutan, sehingga orangorang
yang menerima filsafat Yunani menuduh bahwa mereka (orang‑orang Kristen yang menolak filsafat Yunani) itu
munafik. Kemudian, orang-orang yang dituduh munafik tersebut menyangkal,
bahwa tuduhan tersebut dianggap fitnah. Dan
pembelaan dari orang-orang yang menolak filsafat Yunani mengatakan bahwa
dirinyalah yang benar-benar hidup sejalan dengan Tuhan.
Akibatnya,
muncul upaya untuk membela agama Kristen, yaitu pars apologis (pembela iman Kristen) dengan kesadarannya membela iman Kristen dari serangan filsafat Yunani. Para pembela
iman Kristen tersebut adalah Justinus
Martir, Irenaeus, Klemens, Odgenes, Gregorius Nissa,
Tertullianus, Diosios Arepagos, Au-relius Augustinus.
1. Justinus
Martir
Nama aslinya Justinus,
kemudian nama Martir diambil dari istilah "orang-orang yang rela coati
hanya untuk kepercayaannya".
Menurut
pendapatnya, agama Kristen bukan agama baru karena Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa
dianggap seba gai awal kedatangan Kristen. Padahal, Musa hidup sebelum Socrates
dan Plato. Socrates dan Plato sendiri sebenarnya telah
menurunkan hikmahnya dengan memakai hikmah Musa. Selanjutnya
dikatakan bahwa filsafat Yunani itu
mengambil dari kitab Yahudi. Pandangan ini
didasarkan bahwa Kristus adalah logos. Dalam mengembangkan aspek logosnya ini orang-orang Yunani (Socrates,
Plato dan lain-lain) kurang memahami apa yang terkandung dan memancar
dari logosnya, yaitu pencerahan sehingga
orang-orang Yunani dapat dikatakan menyimpang dari ajaran murni. Mengapa
mereka menyimpang? Karena orang-orang Yunani terpengaruh oleh demon atau setan.
Demon atau setan tersebut dapat mengubah
pengetahuan yang benar kemudian
dipalsukan. Jadi, agama Kristen lebih bermutu dibanding dengan filsafat
Yunani. Demikian pembelaan Justinus Martir.
2.
Klemens (150 - 215)
Ia
juga termasuk pembela Kristen, tetapi ia tidak membenci filsafat
Yunani. Pokok-pokok pikirannya adalah sebagai berikut:
a.
memberikan batasan-batasan terhadap
ajaran Kristen untuk mempertahankan diri dari otoritas filsafat Yunani;
b.
memerangi ajaran yang anti terhadap
Kristen dengan menggunakan filsafat Yunani;
c.
bagi orang
Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen,
dan memikirkan secara mendalam.
3.
Tertullianus (160 - 222)
Ia
dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, tetapi setelah melaksanakan pertobatan ia menjadi gigih membela
Kristen secara l&ailk. fa
menolak kehadiran filsafat Yunani karena filsafat dianggap sesuatu yang tidak perlu. Baginya berpendapat,-bahwa
wahyu Tuhan sudahlah cukup. Tidak ada-hubungan
antara teol6gi dengan filsafat; tid-ak-ada hubungan antara Yerussalem
(pusat agama) dengan Yunani (pusat filsafat),
tidak ada hubungan antara gereja dengan akademi, tidak ada hubungan antara
Kristen dengan penemuan baru.
Selanjutnya
ia mengatakan bahwa clibanding dengan cahaya Kristen,
segala yang dikatakan oleh para filosof Yunani dianggap tidak penting. Apa yang dikatakan oleh para filosof
Yunani tentang kebenaran pada
hakikatnya sebagai kutipan dari kitab Suci. Akan tetapi karena kebodohan para. filosof, kebenaran kitab suci tersebut
dipalsukan.
Akan tetapi lama kelamaan, Tertullianus akhirnya menerima
juga filsafat Yunani sebagai cars berpikir yang rasional.
Alasannya, bagaimanapun juga
berpikir yang rasional diperlukan sekali. Pada saat itu, karena
pemikiran filsafat yang diharapkan tidak dibakukan, saat itu filsafat hanya mengajarkan pemikiran-pemikiran
ahli pikir Yunani saja, sehingga akhirnya Tertullianus mellihat filsafat hanya
dimensi praktisnya saja, dan ia menerima filsafat sebagai cara atau metode
berfikir untuk memikirkan kebenaran keberadaan Tuhan beserta filsafatnya.
4.
Augustinus
(354-430)
Sejak mudanya ia telah mempelajari bermacam-macam aliran
filsafat, antara lain Platonisme dan Skeptisme. Ia telah diakui keberhasilannya
dalam membentuk filsafat Kristen yang berpengaruh besar dalam filsafat abad
pertengahan sehingga ia dijuluki sebagai guru skolastik yang sejati. Ia seorang
tokoh besar di bidang teologi dan filsafat.
Setelah mempelajari aliran skpetisme, ia kemudian tidak
menyetujui atau menyukainya, karena di dalamnya terdapat pertentangan batiniah.
Orang dapat meragukan segalanya, tetapi orang tidak dapat meragukan bahwa ia
ragu-ragu. Seseorang yang ragu-ragu sebenarnya ia berpikir dan seseorang yang
berpikir sesungguhnya ia berada (eksis).
Menurut pendapatnya, daya pemikiran manusia ada
batasnya, tetapi pikiran manusia dapat mencapai kebenaran dan kepastian yang
tidak ada batasnya, yang bersifat kekal abadi. Artinya, akal fikir manusia
dapat berhubungan dengan sesuatu kenyataan yang lebih tinggi.
Akhirnya, ajaran Augustinus berhasil menguasai sepuluh
abad, dan mempengaruhi pemikiran Eropa. Perlu diperhatikan bahwa para pemikir
Patristik itu sebagai pelopor pemikiran skolastik. Mengapa ajaran Augustinus
sebagai akal dari skolastik dapat mendominasi hampir sepuluh abad? Karena
ajarannya lebih bersifat sebagai metode daripada sebuah sistem sehingga
ajarannya mampu meresap sampai masa skolastik.
B. Masa
Skolastik
Istilah skolastik
adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah.
jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan
skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan.
Terdapat,
beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut.
1.
Filsafat Skolastik adalah filsafat yang
mempunyai corak semata-mata agama.
Skolastik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang
religius.
2.
Filsafat Skolastik
adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional mernecahkan persoalan-persoalan megenai berpikir,
sifat ada, kejasmanian, kerohanian, baik buruk. Dari rumusan tersebut kemudian muncul istilah skolastik Yahudi, skolastik
Arab dan lain-lainnya.
3.
Filsafat Skolastik adalah suatu sistem
filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat, akand-i-m-asukkan
ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi
antara kepercayaan dan akal.
4.
Filsafat Skolastik adalah filsafat
Nasrani karena banyak dipengaruhi oleh ajaran gereja .
Filsafat Skolastik ini dapat berkembang clan tumbuh
karena beberapa faktor berikut.
1. Faktor
Religius
Faktor religius dapat
mempengaruhi corak pemikiran filsafatnya. Yang dimaksud dengan
faktor religius adalah keadaan lingkungan saat
itu yang berperikehidupan religius. Mereka beranggapan bahwa hidup di dunia ini
suatu perjalanan ke tanah suci Yerussalem, dunia ini bagaikan negeri asing dan sebagai tempat pembuangan limbah air mats
saja (tempat kesedihan). sebagai dunia yang menjadi tanah airnya adalah surga.
Manusia tidak dapat sampai ke tanah airnya (surga) dengan kemampuannya sendiri,
sehingga harus ditolong. Karena manusia itu menurut sifat kodratnya mempunyai
cela atau kelemahan yang dilakukan (diwariskan) oleh Adamomereka
juga berkeyakinan bahwa Isa anak Tuhan
berperan sebagai pembebas dan pemberi bahagia. Ia akan memberi
pengampunan sekaligus menolongnya. Maka, hanya dengan jalan pengampunan inilah
manusia dapat tertolong agar dapat mencapai
tanah airnya (surga). Anggapan dan keyakinan inilah yang dijadikan dasar
pemikiran filsafatnya .1
2. Faktor
Ilmu Pengetahuan
Pada saat itu telah
banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan oleh biara-biara, gereja,
ataupun dari uarga istana. Kepustakaannya
diambilkan dari para penulis Latin, Arab (Islam), dan Yunani.
Masa Skolastik terbagi
menjadi tiga periode, yaitu:
a.
Skolastik Awal, berlangsung dari tahun
800-1200;
b.
Skolastik Puncak,
berlangsung dari tahun 1200-1300;
c.
Skolastik Akhir,
berlangsung dari tahun 1300-1450.
a. Skolastik
Awal
Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat
Patristik mulai merosot, terlebih lagi pada abad ke-6 dan 7
dikatakan abad kacau. Hal ini disebabkan pada saat itu terjadi serangan
terhadap Romawi sehingga kerajaan Romawi
beserta peradabannya ikut runtuh yang
telah dibangun selama berabad-abad.
Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah
Karel Agung
(742 - 814) dapat memberikan suasana ketenanigar-TaFam bidang politik,
kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, terffiasuvEfii- dbpan manusia Berta p-emikiran filsafat yang semuanya
menampakkan mulai adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan kecemerlangan abad pertengahan, di mana arch
pemikirannya berbeda sekali dengan
sebelumnya.
Saat ini merupakan zaman barn bagi bangsa Eropa. Hal ini
ditandai
dengan skolastik yang di dalamnya banyak diupayakan pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah. Pada
mulanya skolastik ini timbul pertama
kalinya di biara Italia Selatan dan akhirnya sampai berpengaruh ke Jerman dan Belanda.
Kurikulum
pengajarannya meliputi studi duniawi atau arses liberales, meliputi tata bahasa, retorika, dialektika (Beni
berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur,
ilmu perbintangan, dan musik.
Di antara tokoh-tokohnya adalah Aquinas (735-805),
Johannes Scotes Eriugena (815 - 870),
Peter Lombard (1100 - 1160), John Saabs=-- bury
(1115 - 1180), Peter Abaelardus (1079 - 1180).
1)
Peter Abaelardus (1079 - 1180)
Ia
dilahirkan di Le Pallet, Prancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandangannya sangat tajam sehingga
sering kali bertengkar dengan pars ahli pikir dan pejabat gereja. Ia termasuk
orang konseptualisme dan sarjana
terkenal dalam sastra romantik, sekaligus sebagai rasionalistik, artinya
peranan akal dapat menundukkan kekuatan
iman. Iman harus mau didahului akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat
diterima oleh akal.
Berbeda
dengan Anselmus yang mengatakan bahwa berpikir harus sejalan dengan iman,
Abaelardus memberikan alasan bahwa berpikir
itu berada di luar iman (di luar kepercayaan). Karena itu berpikir
merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode dialektika
yang tanpa ragu-ragu ditunjukkan dalam teologi, yaitu bahwa teologi harus
memberikan tempat bagi semua buktibukti.
Dengan demikian, dalam teologi itu iman hampir kehilangan tempat. Ia
mencontohkan, seperti ajaran Trinitas juga berdasarkan pada bukti-bukti, termasuk bukti dalam wahyu Tuhan.'
2)
Skolastik Puncak
Masa ini merupakan
kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun
1200 - 1300 dan masa ini juga disebut masa berbunga. Masa itu Ran-dai
dengan munculnya universitas-universitas dan ordo-ordo, yang secara bersama . -sama ikut menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan, di samping juga peranan
universitas sebagai sumber atau pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Berikut ini beberapa
faktor mengapa masa skolastik mencapai pada
puncaknya.
a)
Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu
Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12 sehingga sampai abad ke-13 telah tumbuh
menjadi ilmu pengetahuan-yang
luas.
b)
Tahun 1200
didirikan Universitas Almamater di Prancis. Universitas ini merupakan gabungan
dari beberapa sekolah. Almamater inilah sebagai awal
(embrio) berdirinya Universitas di Paris, di Oxford, di Mont Pellier, di
Cambridge dan lain-lainnya.
c)
Berdirinva ordo-ordo. Ordo-ordo inilah
yang muncul karena banyaknya perhatian
orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang karat untuk memberikan suasana yang
semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh
terhadap kehidupan kerohanian di mana
kebanyakan tokoh-tokohnya memegang
peran di bidang filsafat dan teologi seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D. Scotus,
William Ocham.
Upaya
Kristenisasi Ajaran Aristoteles
Pada mulanya hanya
sebagian ahli pikir yang membawa dan meneruskan ajaran Aristoteles, akan tetapi
upaya ini mendapatkan perlawanan dari Augustinus. Hal ini disebabkan oleh
adanya suatu anggapan bahwa ajaran Aristoteles yang mulai dikenal pada abad ke-12 telah diolah dan tercemar oleh ahli pikir
Arab (Islam). Hal ini dianggap sangat
membahayakan ajaran Kristen. Keadaan yang demikian ini bertolak belakang bahwa ajaran Aristoteles masih diajarkan di
fakultas-fakultas, bahkan dianggapnya sebagai pelajaran yang penting
dan harus dipelajari.
Untuk menghindari
adanya pencemaran tersebut di atas (dari ahli pikir Arab atau Islam), Albertus
Magnus dan Thomas Aquinas sengaja menghilangkan unsur-unsur atau selipan dari
Ibnu Rusyd, dengan menerjemahkan langsung
dari bahasa Latinnya. Juga, bagianbagian ajaran Aristoteles yang
bertentangan dengan ajaran Kristen diganti dengan teori-teori barn yang
bersumber pada ajaran Aristoteles dan
diselaraskan dengan ajaran Kristen. Langkah terakhir, dari ajaran
Aristoteles telah diselaraskan dengan ajaran ilmiah (suatu sintesis antara
kepercayaan dan akal).
Upaya Thomas Aquinas
ini sangat berhasil dengan terbitnya sebuah buku Summa Theologise dan
sekaligus merupakan bukti bahwa ajaran
Aristoteles telah mendapatkan kemenangan dan sangat mempengaruhi
seluruh perkembangan skolastik.
1.
Albertus Magnus (1203- 1280)
Di samping sebagai
biarawan, Albertus Magnus juga dikenal sebagai
cendekiawan abad pertengahan. Ia lahir dengan nama Albert von Bollstadt
yang juga dikenal sebagai "doktor universalis" dan "doktor
magnus", kemudian bernama Albertus Magnus (Albert the Great). Ia
mempunyai kepandaian luar biasa. Di universitas Padua ia belajar artes liberates, ilmu-ilmu
pengetahuan slam, kedokteran, filsafat
Aristoteles, belajar teologi di Bulogna, dan masuk ordo Dominican tahun
1223, kemudian masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan teologi.
Terakhir ia diangkat
sebagai uskup agung. Pola pemikirannya meniru
Ibnu Rusyd dalam mentilis tentang Aristoteles. Dalam bidang ilmu pengetahuan, ia mengadakan penelitian dalam
ilmu biologi dan ilmu kimia.11
2.
Thomas Aquinas (1225-1274)
Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang
artinya Thomas yang suci dari Aquinas. Di
samping sebagai ahli pikir, ia juga seorang dokter gereja bangsa Italia.
Ia lahir di Rocca Secca, Napoli, 78
Filsafat Umum
Italia.
Ia merupakan tokoh terbesar Skolastisisme, salah seorang suci gereja
Katolik Romawi dan pendiri aliran yang dinyatakan menjadi filsafat resmi gereja Katolik. Tahun 1245 belajar
pada Albertus Magnus. Pads tahun
1250 ia menjadi guru besar dalam ilmu 'agama di Prancis clan
tahun 1259 menjadiguru besar dan penasihat istana NUS.12
Karya Thomas Aquinas
telah menandai taraf yang tinggi dari aliran Skolastisisme pada abad
pertengahan.
Ia berusaha untuk
membuktikan bahwa iman Kristen secara penuh
dapat dibenarkan dengan pemikiran logis. Ia telah menerima pemikiran Aristoteles sebagai otoritas tertinggi
tentang pemikirannya yang logis.
Menurut pendapatnya,
semua kebenaran asalnya dari Tuhan. Kebenaran
diungkapkan dengan jalan yang berbeda-beda, sedangkan iman berjalan di luar
jangkauan pemikiran. Ia mengimbau agar orangorang untuk mengetahui
hukum alamiah (pengetahuan) yang terungkap
dalam kepercayaan. Tidak ads kontradiksi antara pemikiran dan iman.
Semua kebenaran mulai timbul secara ketuhanan walaupun iman diungkapkan lewat beberapa kebenaran yang berada di luar kekuatan
pikir.
Thomas telah
menafsirkan pandangan bahwa Tuhan sebagai Tukang
Boyong yang tidak berubah dan yang tidak berhubungan dengan atau tidak mempunyai pengetahuan tentang
kejahatan-kejahatan di dunia. Tuhan
tidak pernah mencipta dunia, tetapi zat clan pemikirannya tetap abadi.
Selanjutnya
ia katakan bahwa iman lebih tinggi dan berada di luar pemikiran yang berkenaan sifat Tuhan dan slam semesta.
Timbulnya pokok persoalan yang aktual clan praktis dari
gagasannya adalah "pemikirannya dan kepercayaannya telah menemukan
kebenaran mutlak yang harus diterima oleh orang-orang lain". Pandangannya inilah yang menjaclikan perlawanan kaum Protestan
karena sikapnya yang otoriter.
Thomas sendiri
menyadari bahwa tidak dapat menghilangkan unsur-unsur
Aristoteles. Bahkan ia menggunakan ajaran Aristoteles, tetapi sistem pemikirannya berbeda. Masuknya unsur
Aristoteles ini didorong oleh
kebijakan pimpinan gereja Paus Urbanus V (1366) yang memberikan angin
segar untuk kemajuan filsafat. Kemudian Thomas mengadakan Langkah-Langkah
sebagai berikut.
Langkah
pertama, Thomas menyuruh teman sealiran Willem van Moerbeke untuk membuat terjemahan baru yang langsung
dari Yunani.
Hal ini untuk melawan Aristotelianisme yang berorientasi pada Ibnu Rusyd, clan upaya ini mendapat dukungan
dari Siger van Brabant.
Langkah kedua, pengkristenan
ajaran Aristoteles dari dalam. Bagian-bagian
yang bertentangan dengan spa yang dianggap Kristen bertentangan sebagai
firman Aristoteles, tetapi diupayakan selaras dengan ajaran Kristen.
Langkah
ketiga, ajaran Aristoteles yang telah dikristenkan dipakai untuk membuat sintesis yang lebih bercorak ilmiah
(sintesis deduktif antara iman clan akal). Sistem barunya
itu untuk menyusun Summa Theologise.
b. Skolastik
Akhir
Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala
macam pemikiran
filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan).
Di antara tokoh-tokohnya adalah William Ockham (1285 - 1349), Nicolas Cusasus
(1401-1464).
1)
William Ockham. (1285 - 1349)
Ia
merupakan ahli pikir Inggris yang beraliran skolastik. Karena terlibat dalam pertengkaran umum dengan Paus John XXII,
ia dipenjara di Avignon, tetapi ia dapat
melarikan diri dan mencari perlindungan pada Kaisar Louis IV.
Ia menolak ajaran Thomas dan mendalilkan bahwa kenyataan itu hanya terdapat
pada benda-benda satu demi satu, dan hal-hal yang umum itu hanya tanda-tanda
abstrak.
Menurut pendapatnya,
pikiran manusia hanya dapat mengetahui
barang-barang atau kejadian-kejadian individual. Konsep-konsep atau kesimpulan-kesimpulan umum tentang alam hanya
merupakan abstraksi buatan tanpa
kenyataan. Pemikiran yang demikian ini, dapat dilalui hanya lewat
intuisi, bukan lewat logika. Di ramping itu, ia membantah anggapan skolastik
bahwa logika dapat membuktikan doktrin
teologis. Hal ini akan membawa kesulitan dirinya yang pada waktu itu
sebagai penguasanya Paus John XXII.
2)
Nicolas Cusasus (1401 - 1464)
Ia
sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya, terdapat tiga cars untuk mengenal,
yaitu lewat indra, akal, dan intuisi.
Dengan indra kita akan mendapatkan pengetahuan
tentang benda-benda berjasad, yang sifatnya tidak sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk
pengertian yang abstrak berdasar pada sajian atau
tangkapan indra. Dengan intuisi, kita akan
mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi. Hanya dengan intuisi inilah kita akan dapat mempersatukan apa
yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Manusia seharusnya menyadari
akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal
yang seharusnya dapat diketahui.
Karena keterbatasan
akal tersebut, hanya sedikit saja yang dapat diketahui oleh akal. Dengan
intuisi inilah diharapkan akan sampai pada
kenyataan, yaitu suatu tempat di mans segala sesuatu bentuknya menjadi
larut, yaitu Tuhan.
Pemikiran Nicolaus ini
sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran
abad pertengahan, yang dibuat ke suatu sintesis yang lebih lugs. Sintesis ini mengarah ke masa
depan, dari pemikirannya ini tersirat suatu pernikiran para humanis.
c.
Skolastik Arab (Islam)
Dalam bukunya, Hasbullah Bakry menerangkan bahwa istilah skolastik
Islam jarqpg, dipakai di kalangan umat Islam. Istilah yang biasa dipakai adalah ilmu kalam atau filsafat
islitn7balarn pembahasan antara ilmu kalam dan filsafat Islam
biasanyadipisahkan.
Tokoh-tokoh yang termasuk para ahli pikir Islam (pemikir Arab
atau,Islam-,Rrabi, Ibnu Sina, Al-Kindi,pada masa skolastik). yaitu Al Ibnu Rusyd.
Peranan para ahli pikir tersebut besar sekali, yaitu sebagai berikut,
1)
Sampai pertengahan
abad ke-12 orang-orang Barat belum pernah mengenal filsafat Aristoteles
sehingga' yang dikenal hanya bukuLogtka
Aristoteles.
2)
Orang-orang Barat
itu mengenal Aristoteles berkat tulisan dari para ahli pikir
Islam, terutamaJari Ibnu Rusyd' sehingga. Ibnu Rusyd dikatakan sebagai guru terbesar para ahli pikir Skolastik Latin.
3)
Skolastik Islamlah yang membawakan
perkembangan Skolastik Latin.
Tidak hanya dalam
pemikiran filsafat saja, tetapi para ahli piker Islam tersebut memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi Eropa yaitu dalam bidang ilmu pengetahuan. Para ahli
pikir Islam sebagian menganggap bahwa
filsafat Aristoteles benar, Plato dan Alquran benar, mereka mengadakan
perpaduan dan sinkretisme antara agama dan filsafat. Pemikiran-pemikiran
tersebut kemudian masuk ke Eropa yang
merupakan sumbangan Islam paling besar.11
Dengan
demikian, dalam pernbahasan skolastik Islam terbagi menjadi dua periode, yaitu:
1.
Periode Mutakallimin (700 - 900);
2.
Periode Filsafat
Islam (850 - 1200).
Banyak
buku filsafat dan sejenisnya mengenai peranan para ahli pikir Islam atas kemajuan dan peradaban Barat sengaja
disembunyikan karena mereka (Barat) tidak mengakui secara terns
terang jasa para ahli pikir Islam itu dalam
mengantarkan kemoderenan Barat.
C.
Masa Peralihan
Setelah abad
pertengahan berakhir sampailah pada masa peralihan yang diisi dengan gerakan
kerohanian yang, bersifat pembaharuan.
Zaman-peralihan ini merupakan embrio masa modern. Masa peralihan ini
ditandai dengan munculnya renaissance, humanisme, dan reformasi yang berlangsung antara abad ke-14 hingga ke-16.
1.
Renaissance
Renaissance atau
kelahiran kembali di Eropa ini merupakan suatu gelombang kebudayaan dan
pemikiran yang dimulai di Italia, kemudian
di Prancis, Spanyol, dan selanjutnya hingga menyebar ke seluruh Eropa. Di antara tokoh-tokohnya adalah
Leonardo da Vinci, Michelangelo, Machiavelli, dan Giordano Bruno.
2.
Humanisme
Humanisme pada mulanya
dipakai sebagai suatu pendirian di kalangan ahli pikir Renaissance yang
mencurahkan perhatiannya terhadap pengajaran kesusastraan Yunani dan Romawi,
Berta perikemanusiaan. Kemudian, Humanisme berubah fungsinya menjadi gerakan
untuk kembali melepaskan ikatan dari gereja dan berusaha menemukan kembali
sastra Yunani atau Romawi. Di antara para tokohnya
adalah Boccaccio, Petrarcus, Lorenco Vallia, Erasmus, dan Thomas Morre.
3.
Reformasi
Reformasi
merupakan revolusi keagamaan di Eropa Barat pada abad ke-16. Revolusi tersebut dimulai dari gerakan terhadap perbaikan Fe~d`aan gereja Katolik. Kemudian berkembang
menjadi asas-asas Protestantisme. Para tokohnya antara
lain jean Calvin dan Martin Luther.
Akhirnya
dalam filsafat Renaissance salah satu unsur pokoknya adalah
manusia. Suatu pemikiran yang sejajar dengan Renaissance. Pemikiran yang ingin menempatkan manusia pada
tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan.
BAB
III
PEMIKIRAN
FILSAFAT DI TIMUR
A. Filsafat
India
India
adalah suatu wilayah yang dibatasi pegunungan yang terjal. Tidak ada jalan lain
kecuali melalui lintasan Kaibar. Pada zaman
kuno, daerah India sulit dimasuki oleh musuh sehingga penduduknya dapat menikmati
kehidupan yang tenang dan banyak peluang untuk memikirkan
hal-hal yang berkaitan dengan kerohanian.
Filsafat India
berkembang dan menjadi satu dengan agama sehingga pemikiran filsafatnya
bersifat religius dan tujuan akhirnya adalah mencari keselamatan akhirat.
Filsafat
India terbagi menjadi lima zaman berikut ini.
1.
ZamanWeda (1500-600 SM). Zaman ini diisi
oleh peradaban bangsa Arya. Pada saat itu
barn muncul benih pemikiran filsafat yang berupa mantera-mantera, pujian
keagamaan yang terdapat dalam sastra
Brahmans dan Upanishad.
2.
Zaman Wiracarita
(600-200 SM). Zaman ,ini diisi oleh perkembangan
sistem pemikiran filsafat yang berupa Upanishad. Ide
pemikiran filsafat tersebut muncul berupa tulisan-tulisan tentang kepahlawanan
clan tentang hubungan antara manusia dengan
dewa.
3.
Zaman Sastra Sutra (200 SM - 1400 M).
Zaman ini diisi oleh semakin banyaknya bahan-bahan pemikiran filsafat (sutra), ditandai dengan lahirnya tokoh-tokoh seperti
Sankara, Ramanuja, Madhwa, dan
lainnya.
4.
Zaman kemunduran (1400 - 1800 M). Zaman
ini diisi oleh pemikiran filsafat yang mandul karena para ahli pikir hanya menirukan pemikiran filsafat yang lampau. Timbulnya
keadaan ini disebabkan oleh
pertemuan antara kebudayaan Barat dengan pemikiran India sehingga
menimbulkan reaksi hebat dari para pemikir
India.
5.
Zaman Pembaharuan (1800 - 1950 M). Zaman
ini diisi oleh kebangkitan pemikiran filsafat India. Pelopornya adalah Ram Mohan Ray, seorang pembaru yang menclapatkan
pencliclikan di Barat.
1. Zaman
Weda (1500 - 600 SM)
Dikatakan zaman Weda karena cumber benih pemikiran
filsafat berasal dari kitab-kitab Weda (Rig Weda, Sama
Weda, Yajur Weda, dan Atharwa Weda). Benih pemikiran filsafat
tersebut dalam mantera "di atas air
samudera mengapung telor clunia, kemudian pecah menjadi wismakarman sebagai anak pertama alam
semesta." "Dunia tersusun menjadi tiga bagian, yaitu surga,
bumf, dan langit, di mans ketiga bagian tersebut mempunyai dewa
sendiri-sendiri." "Jiwa manusia tidak dapat coati." "Mereka
yang masuk surga adalah orang-orang yang
soleh dan hidup baik."
Orang-orang
Arya menyembah pads dewa-dewa seperti matahari,
bulan, bintang dan lainnya. Dewa secara harfiah berarti terang, karena itu pengertian dewa adalah bends yang
terang yang dianggap sebagai kekuatan slam yang mempunyai person. Dewa
Indra dianggap sebagai dewa nasional,
karena Dewa Indra berarti bangsa Dasyu. Dewa lain yang dianggap penting adalah Dewa Waruna, yaitu dewa Yang
menguasai slam semesta, yang sekaligus sebagai dewa moral dan dewa segala dewa.
Dalam
sastra Brahman disebutkan bahwa ketika bangsa Arya telah menetap di lembah
Gangga, benih pemikiran filsafat berupa "korban". Korban ini dianggap
penting dalam kehidupan manusia, Yang
dipersembahkan kepada imam. Misalnya, korban diaclakan agar matahari tetap
bersinar sehingga dengan adanya korban ini kehidupan masyarakat bersifat
ritualistic.
Pada
tahun 700 SM benih pemikiran filsafat pembahasannya lebih mendalam lagi, bersumber pads sastra Upanishad. Keaclaan
yang demikian ini muncul tatkala kaum Ksatria memberontak kepada kaum
Brahman. Pemberontakan ini karena ajaran Upanishad banyak Yang
diselewengkan. Kedalaman pemikiran filsafat terbukti dari anggapan dahulu (zaman Brahman), Dewa Brahman
hanya dianggap sebagai asas pertama slam semesta. Namun, sekarang (zaman
Upanishad) Dewa Brahman dianggap sebagai
dewa yang transenden clan immanen. Jugs, Dewa Brahman dianggap berada dalam
slam semesta dan diri manusia, yang terjelma berupa unsur api.
2. Zaman
Wiracarita (600 SM- 200 M)
Sebagai
latar belakang zaman ini adanya krisis politik, kemerosotan moral atau kepercayaan terhadap para dewa, akibat dari kaum penjajah (pendatang). Kemudian banyak orang
mencari ketenangan, dan muncullah para ahli pikir untuk menuangkan
pemikirannya, sehingga terjadilah
pertentangan antarpemikiran. Timbullah aliran yang bertuhan (Baghawadgita),
aliran yang tidak bertuhan Uainisme dan Buddhisme), juga
aliran yang spekulatif (Saddarcana).
Jainisme
timbul sebagai reaksi zaman Brahman. Pelopornya adalah Wardhamana (abad lee-6 SM). Sementara. itu, Buddhisme (yang dicerahi)
merupakan sebutan untuk tokoh rohani yang menjelma pads seseorang. Jelmaan
terakhir Buddhisme adalah Sidharta, yang lahir tahun 567 SM di Kapilawastu.
Baghawadgita adalah sebuah kitab yang ditulis pads abad
lee-3 SM, pusat penyebarannya di Gangga Barat. Isi kitabnya
adalah uraian ajaran Kresna pads Arjuna tentang bhakti (penyerahan
diri).
3.
Zaman Sastra
Sutra (200 - sekarang)
Zaman ini juga disebut
zaman Skolastik. Kitab yang muncul pertama
kali adalah kitab Wedangga yang uraiannya berbentuk prosa, disusun secara singkat agar mudah dihafal atau
diamalkan. juga timbul sutra-sutra yang bertentangan dengan Weda, dan
sutra tersebut dijadikan sumber pemikiran filsafat.
Sistem Filsafat India,
terbagi menjadi enam sistem berikut.
a.
Nyala, yaitu membicarakan bagian umum
dan metode yang di- pakai dalam penyelidikan, yaitu metode kritis. Sistem ini
juga digunakan untuk mencari hal yang benar dari ayat-ayat Weda, penulisnya
Gautama (abad ke-4 SM).
b.
Waisesika, yaitu kitab yang bersumber
pads Waisesika Sutra. Sistem pemikirannya
bersifat metafisik. Ajaran pokoknya membicarakan tentang dharma yaitu uraian tentang kesejahteraan dunia
dan memberikan pelepasan. Ajaran yang pokok lainnya adalah tentang padharta, yaitu membicarakan kategori yang ads: substansi, kualitas, aktivitas, sifat umum,
sifat perseorangan, pelekatan, dan ketidakadaan. Penulisnya adalah
Khanada.
c.
Sakha, artinya
pemantulan. Aliran ini mengemukakan bahwa untuk
merealisasikan kenyataan akhir filsafat diperlukan pengetahuan.
Pokok ajarannya, terdapat dua zat'asasi yang bersamasama membentuk realitas dunia, yaitu roh dan bends (purusa dan prakerti).
Pendirinya adalah Sakha Kapila (abad ke-5 SM).
d.
Yoga, yaitu suatu
cars untuk mengawasi pikiran, agar kesadaran yang biasa
menjadi luar biasa. Pendirinya Patanjali.
e.
Purwa Wimansa,
yaitu sistem inilah yang benar-benar mendasarkan pads kitab Weda. Sistem ini dimaksudkan untuk penyelidikan sistematis
pads bagian pertama Weda. Pokok ajarannya, menegakkan wibawa kitab Weda dan menunjukkan bahwa kitab Weda berisi
upacara ritual.
f.
Wedanta yaitu suatu sistem yang
membicarakan bagian kitab Weda (yang terakhir). Kitab ini merupakan suatu
kesimpulan kitab Weda. Sistem Wedanta ini
bersarnaan dengan zaman Sutra (= zaman Skolastik) yang ditandai dengan
munculnya tokohtokoh Sankara, Ramanuja, Madhwa. Mereka ini telah berhasil menyusun kembali ajaran kuno yang dapat
memberikan peluang dalam perkembangan pemikiran filsafat India.
Tokoh-tokoh
tersebut di atas mengemukakan ajaran sebagai berikut.
1)
Sankara (788 -
820) merupakan pengajar aliran Adwaita. Pokok ajarannya adalah bahwa "Brahman adalah nyata. jiwa perorangan adalah Brahman. Brahman tidak rangkap. Dunia itu tidak
nyata. jiwa
tidak berbeda dengan Brahman."
2)
Ramanuja (1017 - 1137), is berupaya
mempersatukan agama Wisnu dengan Wedanta.
Sumber ajarannya Wisista Waits (kitab Upanishad). Menurutnya,
terdapat tiga kenyataan yang tertinggi: Tuhan (Iswara), jiwa (cit), dan
benda (acit). Hanya Tuhanlah kenyataan yang bebas.
3)
Madwa (1199 -
1278), ia sangat berpengaruh di India Barat. Pokok ajarannya, "ada", merupakan kenyataan yang
jamak (dualisme). Segala sesuatu di dunia ini beraneka
ragam. Terdapat lima perbedaan, yaitu
antara Tuhan dan jiwa; antara jiwa (yang satu) dan jiwa (yang lain);
antara Tuhan dan benda; antara jiwa dan benda; antara benda (yang satu) dan
benda (yang lain).
4. Filsafat
India pada Akhir Abad ke-20
Mulai
abad ke-7 sampai abad ke-14, karena jasa Sankara, ajaran Wedanta mendominasi
pemikiran filsafat India. Akan tetapi, setelah abad ke-14
pemikiran filsafat mengalami kemunduran hingga abad ke-18. Kemunduran ini
sebenarnya telah muncul mulai abad ke-12 saat
kedatangan agama Islam di India. Tokohnya Kabir (1440 - 1518) ;2 yang berupaya untuk menyingkirkan unsur-unsur yang
melemahkan perjuangan Islam dan mencoba membuat suatu sintesis antara Islam dengan Hindu. Kemudian, diteruskan oleh anaknya
Nanak (1469 - ...)3 yang mempunyai sifat lebih ekstrem.
Setelah abad ke-19,
pemikiran filsafat India bangkit berkat sentuhan
kebudayaan Barat. Pelopornya adalah Ram Mohan Ray (1777 -1833). Ia seorang
Hindu yang memperoleh pendidikan Barat. Gerakannya disebut Brahma Samaj, yang mempunyai sikap keras terhadap Kristen. Penggantinya Rabindranath Tagore (1861 —
1941), seorang pujangga, ahli filsafat, dan pendidik India, kemudian
disusul Kesab Chandra Sen (1838 — 1884),
akhirnya Brahman Samaj pecan karena terpengaruh Kristen.
Tahun
1875 muncul gerakan pembaru pemikiran filsafat India, yaitu
Arya Samaj sebagai pendirinya Awami D. Saraswati (1824 —1884). Gerakan ini bertujuan untuk mengadakan pembaruan terhadap agama
Hindu dan mencari sintesis yang kuno dengan yang barn, antara Barat dan Timur.
Seorang pembaharu yang lain adalah Sri Ramakresna
(1834 - 1886), ia seorang imam kuil di Calcutta. Ajarannya berpangkal pada bermacam-macam kepercayaan
yang ada, yang sebenarnya menuju pada satu tujuan perealisasian Tuhan.
Seorang pembaru lain
adalah Mahatma Gandhi (1869 - 1948). Ajarannya, untuk _mencari kempangan harus
dengan Satyagraha (kekuatan kebenaran). Artinya, orang harus memegang teguh
kebenaran walaupun pada saat-saat membahayakan. Kejahatan harus dilawan dengan kebaikan. Ajarannya itu diberikan
karena ia terjun di dunia politik.
Terdapat
dua orang pembaru, yaitu Sri Aurobindo (1872-1950), dan
Sri Rama Maharsi (1870-1950)'
B.
Filsafat Tiongkok
Filsafat
Tiongkok dapat dikatakan hidup di dalam kebudayaan Tiongkok. Hal ini
disebabkan, karena pemikiran filsafat selalu diberikan dalam setiap jenjang pendidikan dari sejak pendidikan dasar (anak)
sampai pendidikan tinggi.
Terdapat
empat bush buku yang dianggap sebagai kitab suci rakyat Tiongkok, yaitu:
1. Analecta
Confucius;
2. Karangan-karangan
Mencius;
3. Ilmu
Tinggi (The Great Learning);
4.
Ajaran Tentang Jalan Tengah (Doctrine of
the Mean).
Menurut
Fung Yu Lan, seorang ahli sejarah Tiongkok, di Tiongkok terdapat tiga agama, yaitu Confucianisme, Taoisme, dan
Buddhisme. Dikemukakan lagi bahwa dalam
kehidupan rakyat Tiongkok kegiatan keagamaan
tidaklah dianggap, penting, yang penting adalah etika terutama
dari Confucius.
Menurut
rakyat Tiongkok, fungsi filsafat dalam kehidupan manusia
adalah untuk mempertinggi tingkat rohani. Artinya, rohani manusia diharapkan dapat menjulang tinggi untuk
meraih nilai-nilai yang lebih tinggi
daripada nilai-nilai moral. Menurut Mencius, "orang bijaksana
adalah sebagai puncak hubungan antarmanusia.
Dari
sudut moral, orang yang arif bijaksana adalah manusia yang paling
sempurna di dalam suata masyarakat. Menurut kebiasaan masyarakat Tiongkok
kewajiban (bukan hak) memungkinkan manusia
untuk memperoleh watak yang digambarkan sebagai orang arif bijaksana.
Mempelajari filsafat agar orang dapat berkembang menjadi "manusia"
dan supaya tidak menjadi "orang macam tertentu". Artinya, apabila
orang mempelajari "bukan filsafat", memungkinkan orang untuk
berkembang menjadi orang macam tertentu (some special kind of man).
1. Latar
Belakang Filsafat Tiongkok
Banyak aspek yang melatarbelakangi pemikiran filsafat
Tiongkok, seperti aspek-aspek geografis,
ekonomi, sikap terhadap alam, system kekerabatan dan lainnya. Tiongkok' adalah
suatu negeri daratan (continental) yang lugs sekali, tidak
pernah melihat lautan. Berbeda dengan Yunani yang merupakan
negeri maritim, rakyatnya mengandalkan pertanian. Sebagai negeri agraris yang
selalu mengandalkan potensi atau hasil tanahnya. Hal ini dibuktikan bahwa
keunggulan kerajaan Tiongkok kuno ditentukan
oleh keahlian bertani dan berperang, seperti kerajaan Chin pada abad ke-4 SM, yang untuk pertama kalinya dapat mempersatukan daratan Tiongkok.
Dalam tradisi Tiongkok, jenis pekerjaan yang mendapat
tempat terhormat adalah menuntut ilmu (belajar) dan mengolah
tanah (bertani). jenis pekerjaan ini akan memengaruhi sikap
mereka terhadap alam dan pandangan hidupnya.
Para petani mempunyai sifat khusus "kesederhanaan",
dan mereka selalu menerima dan mematuhi perintah. Mereka pun tidak
pernah mementingkan dirinya sendiri. Sifatsifat
yang demikian inilah yang menjelma dalam sikap hidupnya.
Akar atau 'umber alam pikiran rakyat Tiongkok adalah
Taoisme dan Confucianisme. Taoisme adalah pandangan hidup yang menitikberatkan
pada hal-hal yang sifatnya naturalistik yang berada dalam diri manusia. Sementara itu, Confucianisme adalah
suatu pandangan hidup yang menitikberatkan pada organisasi sosial dan
menekankan kepada tanggung jawab
manusia terhadap masyarakat. Sebagai contoh:
a. fajar telah menyingsing;
b. jangan sekali-kali berlebih-lebihan;
c. bilamana matahari telah mencapai puncaknya;
d. maka turunlah ia;
e. dan
bilamana bulan sudah purnama;
f. maka
mengecillah ia.
Dalam bidang kesenian,
rakyat Tiongkok menganggap bahwa kesenian
merupakan alas untuk pendidikan .moral. Terbukti adanya lukisan-lukisan
Tiongkok yang tergolong kelas utama, selalu menggambarkan pemandangan-pemandangan dan bunga-bungaan, pohonpohonan, atau orang yang sedang duduk di pinggir
sungai atau gunung.
Keadaan rakyat Tiongkok
yang agraris ini berpengaruh pads metode
filsafatnya. Terdapat dua macam konsep, yaitu metode yang dicapai lewat intuisi dan lewat hipotesis. Bahasa
yang digunakan dalam pemikiran filsafat adalah sugestif, artinya isi
pernikirannya tidak tegas, hanya mengandung saran-saran.
2.
Sentuhan dengan Filsafat Barat
Orang
Barat menamakan Tiongkok sebagai negeri Timur Jauh. Sebaliknya
orang Tiongkok menganggap kebudayaan lain adalah salah atau tidak setinggi dengan kebudayaan yang dimilikinya. Semua orang
asing disebutnya orang Barbar sehingga menimbulkan rasa nasionalismenya sangat
tinggi.
Pada
akhir Dinasti Ming (abad ke-14), banyak pelajar Tiongkok yang mengagumi
matematika dan astronomi, yang dibawa dari Barat oleh kaum
misionaris Kristen sehingga banyak pelajar yang masuk menjadi misionaris.
Pada abad ke-19, karena
keunggulan militer, industri, dan perdagangan
barat, kebetulan bersamaan dengan krisis politik dalam negeri, timbullah sengketa antara Tiongkok dengan
orang misionaris. Akibatnya, muncul
gerakan untuk kembali kepada ajaran Confusius. Pelopornya adalah Kang Yu
Mei (1858 - 1927). Setelah terjadi pergolakan, ia melarikan diri ke luar
negeri.
Pada abad ke-20
perkembangan kaum Kristen semakin pesat karena didorong oleh masuknya ilmu
pengetahuan modem. Mempengaruhi jatuhnya Dinasti Ming, clan diganti dengan
sistem pemerintah republik (tahun 1912).
a.
Yen Fu (1853 -1920)
Yen Fu (1853 - 1920)
oleh penguasa Tiongkok dikirim untuk belajar
ilmu perkapalan ke Inggris. Banyak ilmu yang didapatkannya, termasuk
literatur-literatur tentang humaniora, kemudian banyak yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Tiongkok (Cina).
Pada tahun 1919 John
Dewey dan Bertrand Russell diundang ke Tiongkok untuk memberikan ceramahnya di
Universitas Peking (Beijing), sekaligus memberikan pandangan intelektualnya.
Hal ini diharapkan dapat disumbangkan (sebagai sumbangan barat) terhadap pemikiran filsafat Tiongkok. Sumbangan
tersebut berupa metode analisis yang
berclasarkan logika (metode positiO. Metode positif tersebut akan dapat
memberikan cars berpikir yang barn terhadap pemikiran filsafat.
Sampai sekarang,
sentuhan Barat yang telah membekas adalah adanya studi filsafat Tiongkok.
3.
Aliran-aliran Pemikiran Filsafat di
Tiongkok
Di
Tiongkok terdapat dua aliran yang mendominasi pemikiran rakyatnya,
yaitu Confusianisme clan Taoisme.
a.
Confusianisme
Confusianisme
dipelopori oleh Kung Fu Tzu (551-479 SM), lahir
di Shantung. Riwayat hidupnya dapat cliketahui lewat penuturan sebuah buku Lun-Yu (pembicaraan). Ia keturunan
bangsawan miskin. Umur 22 tahun
mendirikan sekolah. Umur 51 tahun menjadi gubernur di Tsyung, kemudian diangkat menjadi menteri kehakiman. Umur 73 tahun mendirikan mazhab sampai ia meninggal
dunia. Ia dianggap sebagai guru kesusilaan bangsa Cina.
Pemikirannya, suatu hal
yang dipentingkan oleh Kung Fu Tze adalah ritual dan harus menguasai aspek
keagamaan dan sosial. la mengatakan, bahwa hendaknya raja tetap raja, hamba
tetap hamba, ayah tetap ayah, anak tetap anak. Apabila sikap setiap orang
sesuai dengan, statusnya, maka akan labir
kesadaran akan "hak dan kewajiban". Sistem kekerabatan harus
didasarkan pada syian, yaitu suatu perasaan keterikatan terhadap
orang-orang yang menurunkannya. Aspek inilah
yang menjadikan budaya Tiongkok tetap terwariskan.
b.
Taoisme
Pendiri Taoisme adalah
Lao Tze lahir tahun 604 SM. Riwayat hidupnya
hanya sedikit saja diketahui, tetapi ajarannya berpengaruh besar dalam
masyarakat Tiongkok. Dalam arti yang lugs, Tao berarti jalan yang dilalui kejadian-kejadian alam dengan
daya. cita yang timbul dengan
sendirinya ditambah selingan-selingan yang teratur. Misalnya, siang dan
malam.
Semua
orang yang mengikuti Tao harus melepaskan semua usaha. Tujuan tertinggi adalah meloloskan diri dari
khayalan keinginan dengan renungan secara gaib.
Pemikirannya, orang
hendaknya memberikan kasih sayangnya tidak
hanya terbatas pada para anggota keluarganya saja, tetapi harus kepada seluruh anggota keluarga yang lain.
Peperangan dan upacara ritual dengan pengeluaran biaya tinggi yang akan
merugikan rakyat merupakan suatu yang
bertentangan dengan dasar kecintaan manusia sehingga harus dicela. Kalau kita
sayang kepada orang lain, orang lain juga
akan sayang kepada kita, dan kita tidak perlu takut akan kejahatan orang
lain.'
C.
Filsafat Islam
Islam dengan
kebudayaannya telah berjalan selama 15 abad. Dalam
perjalanan yang demikian panjang terdapat 5 abad perjalanan yang
menakjubkan dalam kegiatan pemikiran filsafat, yaitu antara abad ke-7 hingga abad ke-12. Dalam kurun waktu
lima abad itu para ahli pikir Islam merenungkan keduclukan manusia di dalam
hubungannya dengan sesama, dengan
alam, clan dengan Tuhan, dengan menggunakan
akal pikirnya. Mereka berpikir secara sistematis clan analitis serta kritis
sehingga lahirlah para filsuf Islam yang mempunyai kemampuan tinggi karena
kebijaksanaannya.
Dalam
kegiatan pemikiran filsafat tersebut, terdapat dua macam (kekuatan)
pemikiran berikut.
1.
Para ahli pikir Islam berusaha menyusun
sebuah sistem yang disesuaikan dengan ajaran Islam.
2.
Para ulama
menggunakan metode rasional dalam menyelesaikan soal-soal
ketauhidan.
Para ahli pikir Islam
dan para ulama tersebut menggunakan instrumen atau alas filsafat untuk membela
clan membentengi tauhidnya. Para ahli pikir
mencoba memberikan suatu kesimpulan yang tidak bertentangan dengan dasar
ketauhidan.
Dari
sekian banyak ulama Islam ada, yang berkeberatan terhadap pemikiran filsafat Islam (pemikiran filsafat yang
berclasarkan ajaran Islam), tetapi ada juga yang
menyetujuinya.
Ulama
yang berkeberatan terhadap pemikiran filsafat (golongan salaf)
berpendapat bahwa "adanya pemikiran filsafat dianggapnya sebagai bid'ah dan menyesatkan. Alquran tidak
untuk diperdebatkan, dipikirkan, clan ditakwilkan menurut akal pikir
manusia, tetapi Alquran untuk diamalkan
sehingga dapat dijadikan tuntunan hidup di dunia dan di akhirat.
Ulama
yang tidak berkeberatan terhadap pemikiran filsafat (yang mempunyai pendapat bahwa filsafat itu penting)
berpendapat bahwa "pemikiran filsafat sangat membantu
dalam menjelaskan isi dan kandungan Alquran
dengan penjelasan yang dapat diterima oleh akal pikir manusia. Di dalam
Alquran terdapat ayat-ayat yang menekankan pentingnya manusia untuk berpikir
tentang dirinya sendiri, tentang alam
semesta untuk mengimani Tuhan Sang Pencipta.
1. Beberapa
Perbedaan yang Mendorong Aliran Pemikiran Filsafat Timbul
Timbulnya
aliran pemikiran filsafat didorong oleh beberapa perbedaan:
a.
persoalan tentang
Zat Tuhan yang tidak dapat diraba, dirasa, dan dipikirkan;
b.
perbedaan cars
berpikir,
c.
perbedaan orientasi
dan tujuan hidup;
d.
perasaan
"asabiyah", keyakinan yang buts atas dasar suatu pendirian walaupun diyakini tidak benar lagi.
2.
Lahimya Filsafat Islam
Setelah Kaisar
Yustianus menutup akademi Neoplatonisme di Athena, beberapa guru besar hijrah
ke Kresipon tahun 527, yang kemudian disambut oleh Kaisar Khusraw tahun 529.
Setelah itu di tempat yang baru mengadakan kegiatan mengajar filsafat, mereka
dalam waktu 20 tahun di camping mengajarkan filsafat, jugs mempengaruhi lahirnya lembaga-lembaga yang mengajarkan
filsafat seperti di Alexandria,
Anthipia, Beirut.
Sifat khas orang-orang
Arab saat itu yang hidup mengembara (kafilah)
bergeser pada proses urbanisasi, kemudian diikuti pudarnya dasar kehidupan asli yang terpendam dalam jiwa
Arab. Dahulu orang Arab mengutamakan
kejantanan dalam menghadapi hidup yang serba keras, karena terpengaruh
keadaan geografis (luasnya padang pasir). Setelah proses urbanisasi, mereka
terikat oleh birokrasi clan mengalami
krisis identitas dalam bidang sosial dan agama (dari pola mengembara ke
pola ketertiban).
Setelah mendapatkan
kemapanan, mereka mengalami proses akulturasi
penguasaan ilmu. Maka mulailah mengadakan kontak intelektual yang pads
saat itu tersedia warisan pemikiran Yunani.
Proses
akulturasi tersebut terjadi lewat dua jalur, yaitu Via Diffusa (kontak pergaulan sehari-hari) dan Via Bruditorum (kehendak
mencari karya-karya Yunani). Proses akulturasi ini mencapai puncaknya dengan
didirikannya lembaga-lembaga pengajaran, penterjemahan, clan
perpustakaan. Misalnya, tahun 833 Khalifah
Al-Ma'mun (Bagdad) mendirikan Bait Al-Hikmah,
tahun 972 Khalifah Hakam (Qahirah) mendirikan jami'at al-Azhar. Pusat-pusat ilmu pengetahuan tersebut
didirikan di Kfifah, Fustdt, Basrah,
Samarrah, dan Nishapur. Kenyataan inilah yang membuktikan bahwa filsafat Yunani berperan sebagai
alas integrasi sosial barn.
3.
Pembagian Aliran Pemikiran Filsafat
Islam
Pembagian
ini berdlasarkan pada hubungan dengan sistem pemikiran
Yunani, sebagai berikut.
a.
Periode
Mu'tazilah. Periode ini
berlangsung mulai abad ke-8 sampai abad ke-12, yang
merupakan sebuah teologi rasional yang berkembang
di Bagdad dan Basrah. Golongan ini memisahkan diri dari jumhur `ulama'
yang dikatakan menyeleweng dari ajaran Islam.
b.
Periode Filsafat pertama. Periode
ini berlangsung mulai dari abad ke-8 sampai
dengan abad ke-11, memakai sistem pemikiran yang dipakai para ahli pikir
Islam yang bersandar pads pemikiran Hellenisme,
seperti Al-Kindi, Al-Rani, Al-Fdribl, dan Ibnu SMA.
c.
Periode Kalam Asyarf. Periode
ini berlangsung mulai abad ke-9 sampai abad ke-11, pusatnya di Bagdad.
Aliran pemikiran ini mengacu pads sistem Elia (Atomistis). Sistem ini mempunyai
dominasi besar, sejajar dengan Sunnisme dan Ahli Sunnah wal-jamaah.
d.
Periode Filsafat kedua. Periode
ini berlangsung mulai abad ke-11 sampai abad ke-12, yang berkembang di Spanyol
dan Magrib. Aliran ini mengacu pads sistem
peripatetic. Tokohnya Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, dan Ibnu Rusyd.1
Dalam periode Mutakallimfn (700-900), muncul
mazhab-mazhab al-Khawaril, Murji'ah, Qadariyyah, Jabariyyah, Mu'tazilah, Ahli
Sunnah wal-jamd'ah.
a.
Al-Khawarij
Pada mulanya kaum
al-Khawirij ini timbul karena soal politik, kemudian
berubah menjadi soal dogmatik-teologis. Mereka menuduh Khalifah Ali bin Ab! Talib lebih percaya,pada
putusan manusia dan mengenyampingkan putusan Allah. Karena itu Khalifah
Ali dianggap bukan Muslim lagi, maka kafirlah ia. Pendapat tersebut kemudian
menjadi pendapat umum kaum khawdrij, yaitu "setiap umat Muhammad yang
berdosa besar hingga matinya belum bertobat, maka
orang tersebut hukumnya coati kafir dan kekal dalam neraka.
Sejak
masa al-Khawarij itu mulailah pemikiran kritis di kalangan umat Islam tentang apakah Islam itu. Untuk menjadi
seorang Muslim apakah harus berdasar keyakinan saja dan
apakah keyakinan seseorang dapat dianggap hilang hanya dengan melihat
lahirnya.
b. Murji'ah
Munculnya
mazhab Murji'ah ini juga sama seperti al-Khawdrij, yaitu tatkala ibukota kerajaan Islam pindah ke Damsyik
(Damaskus) sebagai pangkal sebab-sebab
politik. Banyak tuduhan terhadap Khalifah Bani Umayyah
dianggap oleh umat Islam mengesampingkan ajaran
Islam karena perilaku pars Khalifah tersebut lain sekali dengan perilaku
Khulafa ar-Rasyidin yang empat. Mereka dianggap tidak berhak untuk menjadi
khalifah karena sangat kejamnya. Karena kekuasaannya sangat besar, umat Islam
tidak dapat berbuat apa-apa. Muncul persoalan "bolehkah umat Islam diam
saja dan wajib tact kepada Khalifah yang
bertindak kejam dan berdosa?" Kemudian, kaum Murji'ah menjawab bahwa seorang Muslim boleh saja
bersalat di belakang imam yang baik ataupun imam yang tidak baik
(jahat).
c. Qadariyyah
Mazhab ini dipelopori
oleh Ma'bad Al-juhani Al-Basri, di Irak dalam
pemerintahan Khalifah Abdul Malk bin Marwan (685 — 705).
Munculnya
mazhab ini dianggap juga sebagai sarana untuk menentang politik Bani Umayyah yang kejam. Mazhab ini dengan cepat mendapatkan penganut yang banyak, sehingga Khalifah
mengambil tindakan yang keras, dengan
alasan apabila tidak ditindak maka akan sangat berbahaya bagi
kepercayaan umat Islam waktu itu. Banyak yang
dihukum mati, dan akhirnya mazhab tersebut tidak terlihat lagi.
d.
Jabariyyah
Mazhab
ini muncul bersamaan dengan munculnya mazhab Qadariyyah. Jabariyyah ini munculnya di Khuraswh, Persia. Pelopornya, Al-jahm
bin Safwan.
Pendapatnya
yang terkenal adalah "hanya Allah-lah yang menentukan
dan memutuskan segala aural perbuatan manusia".
e.
Mu'tazilah
Mazhab
ini muncul pada masa Bani Umayah (Khalifah Hisyam). Mu'tazilah berarti pemisahan diri, dari Hasan Al-Basri
oleh %sil bin Ata yang dianggap sebagai pendirinya. Pemisahan diri
dari gurunya itu bermula dari perbedaan pendapat. Wasil bin Ata berpendapat bahwa seorang Muslim yang berdosa besar tidak
mukminAan tidak kafir, tetapi di antara keduanya. Karena berbeda
pendapat dengan gurunya itu, is kemudian mengasingkan diri dan melanjutkan
teoriteorinya secara filsafati. Menurutnya, agama itu berakar pada dua pokok, yaitu Alquran dan akal manusia. Bagi
mereka, akal merupakan cumber pengetahuan.
Keberadaan Mu'tazilah
penting artinya karena apabila Mu'tazilah
tidak lahir, tidak akan lahir pula Ilmu Kalam dan Filsafat Islam. Orientasi ajaran Mu'tazilah adalah dalam
menetapkan hukum pemakaian akal pikir didahulukan. Kemudian baru
diselaraskan dengan
Alquran dan Alhadis.
Menurut mereka, Alquran dan al-Hadis tidak mungkin bertentangan dengan akal
pikir.
Terdapat
sebuah penilaian bahwa Mu'tazilah merupakan suatu kegiatan besar untuk memasukkan Islam ke dalam orbit
internasional. Sampai kini mazhab Mu'tazilah
memungkinkan dapat memberikan inspirasi dan
keberanian berpikir. Dr. Ahmad Amin mengatakan hal berikut ini.
Menurut hemat kami
penghancuran Mu'tazilah merupakan
malapetaka terbesar yang pernah dialami ummat Islam, itulah suatu
maksiat yang dilakukan oleh Islam melawan Islam sendiri."
Dalam periode filsafat
Islam, apabila dilihat dari sejarah peradaban
manusia, periode filsafat Islam ini dianggap sebagai lanjutan dari periode
filsafat Yunani Klasik (Plato, Aristoteles), dan Plotinus karena pendapat-pendapat Para filosof Islam,
seperti Al-Farabi, Ibnu Sma, Ibnu Rusyd.
Berikut ini pembagian
aliran pemikiran filsafat Islam yang berdasar pada hubungannya dengan sistem
pemikiran Yunani (ada empat), yaitu periode Mu'tazilah, periode Filsafat Pertama,
periode Kalam Asy'ari, periode Kedua.
1) Periode
Mu'tazilah
Telah
diterangkan di muka, bahwa Mu'tazilah merupakan mazhab atau aliran di Bagdad dan Basrah. Keberadaan Mu'tazilah
ini sangat penting artinya dalam
pemikiran filsafat Islam. Karena terlihat orientasi pemikirannya
dalam menetapkan hukum, pemakaian akal pikir didahulukan, kemudian baru diselaraskan dengan Alquran dan Alhadis. Menurut mereka, Alquran dan Alhadis tidak mungkin
bertentangan dengan akal pikir.
2)
Periode Filsafat Pertama
Terdapat dua bagian
dalam periode filsafat pertama, yaitu pertama,
bercorak Neoplatonic yang
berkembang di Irak, Iran, dan Turkestan; kedua bercorak peripatetic yang berkembang di Spanyol dan Magrib (Maroko).
Sebagai upaya
pendahuluannya adalah diadakan pengumpulan naskah-naskah filsafat Yunani,
kemudian diterjemahkan. Hampir seluruh karya Plato dan Aristoteles dapat
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab (abad
ke-9). Orang yang banyak menerjernahkan adalah Al-Kind! dan Ibnu Sina.
Al-Kindi (800-870),
dialah satu-satunya orang Arab asli yang menjadi filsuf (ahli pikir). Ia
berhasil menerjema6kan kurang lebih 260 buah
buku Yunani, juga berhasil mengarang lebih dari 200 buah buku atau
risalah. Orientasi pemikirannya adalah Mu'tazilah. Ketika aliran Mu'tazilah
dilarang, sebagian bukunya hilang. Corak pemikirannya mengacu pada sistem
Yunani yang bebas, diselingi dengan pemikirannya sendiri dan mengecam pemikiran
yang tidak sesuai dengan ketauhidan.
Menurutnya,
kegiatan manusia yang paling tinggi adalah filsafat yang
merupakan pengetahuan yang benar, tentang hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia.
Ibnu Sina (980-1037),
dalam umur 18 tahun ia telah menjadi ahli
dalam bidang filsafat, astronomi, fikih, matematika, biologi, ilmu bahasa dan lain-lainnya. Karya ilmiahnya
berjumlah 267 buah buku dari berbagai bidang ilmu pengetahuan. Ia
dianggap sebagai filosof yang hebat dalam sejarah Islam karena ia telah
berhasil membuat sintesis filsafat yang lebih lugs. Tahun 1150
banyak karyanya yang dibakar di Bagdad. Ia
mendapatkan kritik yang tajam dari Al-Gazali. Thomas Aquinas (filsuf Kristen)
memujinya sebagai ahli pikir besar, dan
Thomas sendiri banyak mengutip dari karyanya.
3)
Periode Kalam Asy'ari
Timbulnya aliran ini dilatarbelakangi oleh beberapa
faktor, yaitu:
a)
perlunya mempertahankan kemurnian
tauhid, dari keragaman sistem pemikiran
dalam Islam;
b)
untuk menangkis
hal-hal yang'melemahkan tauhid dari serangan luar:
c)
terdapat gerakan yang membahayakan
ketauhidan, misalnya Al-Hallaj (858-922).
Alas pertimbangan di alas,
maka perlu adanya upaya memperkokoh akidah
Islam. Seperti Al-Asy'ari (873-935), ia membuat sintesis teologis
sebagai alternatifnya. Ia memilih atomisme Democritos. Sebetulnya atomisme
(materialisme) Democritos ini banyak yang tidak setuju, tetapi terdapat
keistimewaan, yaitu kesimpulannya bercorak kausalitas-kontradiktif, yang
kemudian oleh Al- Asy'ari diperkokoh dengan ayat-ayat Alquran.
4)
Periode Filsafat Kedua
Periode
filsafat kedua ini pusatnya di Spanyol yang mempunyai sejarah
menarik.
Dalam sejarah Islam,
Spanyol disebut Andalusia. Berkat jasa seorang
pahlawan Islam Tariq bin Ziyad yang meluaskan Islam sampai ke Spanyol, tahun
710. Cordoba dan Toledo ditaklukkan. Kemudian Dinasti Abdul Rahman
berkuasa hingga tiga abad. Puncak keemasannya pada pemerintahan Abdul Rahman
III (912-916), Al-Hakam II (961-976), Al-Najib Al-Mansur (977-1002), berhasil menjadikan Cordoba, Konstantinopel, dan Bagdad
sebagai kota-kota penting yang berpengaruh sampai ke Eropa.
Kota-kola penting
tersebut menjadi pusat ilmu pengetahuan. Kegiatan ilmu pengetahuan (terutama
filsafat) merupakan prestasi besar dan
sebagai mata rantai hubungan Islam dari Timur ke Eropa. Inilah sumbangan
Islam terhadap Eropa yang dapat membawa kebebasan berpikir untuk mendorong
perkembangan intelektual.9
Selanjutnya,
pada tahun 1031 Khalifah Umayah jatuh karena perang Salib, bersamaan juga berturut-turut Toledo, Cordoba, Soweto. Kaum Muslimin dikejar-kejar dan dibunuh, terdapat 3 juta. kaum
Muslimin terbunuh dan buku-buku ilmu pengetahuan dibakar di
Granada.
Dalam kurun waktu dua
abad, telah lahir beberapa ahli pikir Islam,
yaitu Ibnu Masarrah (883- 931), Ibnu Tufail (1110-1185), Ibnu Bajah
(1100-1138), dan Ibnu Rusyd (1126-1198).
Suatu
karya penting dari Ibnu Tufail adalah Hayy bin Yaqzan", buku
ini telah berabad-abad menarik perhatian peminat filsafat.
Setelah
Ibnu Rusyd meninggal dunia, sejarah dalam filsafat Islam
terputus, filsafat tidak diperhatikan lagi hingga tahun 1870. Baru kemudian oleh Jamaluddin Al-Afgani
(1839-1897)11, menyerukan
kepada umat Islam untuk berfilsafat lagi. Disusul oleh Muhammad Abduh
(1849-1905)12, kemudian Muhammad lqbal (1873-1938)." Tampaknya, sampai sekarang filsafat belum lagi
menyingsing sebagai ilmu yang otonom dalam lingkup Islam.
D. Filsafat
Indonesia
Pandangan hidup dan sistem pemikiran bangsa Indonesia
tidak soma dengan pandangan hidup dan sistem pemikiran bangsa
di negara lainnya. Seperti bangsa-bangsa
di negara-negara Barat, di mana pandangan hidup dan sistem
pemikirannya bersumber pada pemikiran filsafat Yunani, walaupun pemikiran
filsafat Yunani ini telah dapat dibuktikan
dengan keberhasilannya membangun peradaban manusia, tetapi pada akhirnya akan
mengalami kepincangan hidup. Kepincangan tersebut dapat kita lihat
bahwa manusia produk dari pemikiran Yunani
hanya melahirkan manusia-manusia yang individualistis, yang di dalam dirinya
terdapat sifat saling curiga, saling bermusuhan. Juga, dari pandangan bahwa di dalam pribadinya terdapat
hal-hal yang selalu dipertentangkan dengan rasio (akal).
Mengapa
demikian. Karena dari sifat individualistis dan materialistic yang akarnya dari pemikiran Yunani tidak terdapat warna Yang Transendental atau Yang Immanent, tetapi pemikiran
Yunani hanya diwarnai oleh warna mitologi dan rasio.
Dengan demikian, pandangan hidup atau pemikiran yang
diperuntukkan
membangun peradaban manusia, akan melahirkan manusia-manusia yang egoistic, yaitu manusia yang mementingkan dirinya sendiri
dan menganggap orang lain sebagai objek kepentingan diri sendiri.
Demikian jugs halnya dengan pandangan hidup yang mengacu
pada
materialisme, di mana di dalamnya mengandung bibit keserakahan, kemurkaan, dan menganggap orang lain
sebagai objek keuntungan material, yang pada akhirnya akan melahirkan manusia-manusia
yang tidak bermoral atau jauh dari nilai-nilai moral.
Jadi, sesuatu pandangan hidup atau pemikiran (paham
kehidupan) yang berasaskan individualisms akan melahirkan
manusia-manusia yang berpola
"dangkal" dalam lingkup pergaulan sosial. Sementara itu, pandangan
hidup yang berasaskan materialisme akan melahirkan manusia-manusia yang berpola pada penyimpangan nilai-nilai moral dalam
lingkup sosial.
1.
Pemikiran Filsafat Indonesia
Maksud
pemikiran filsafat Indonesia adalah suatu pemikiran filsafat yang
diperuntukkan dalam atau sebagai landasan hidup bangsa Indonesia.
Setiap manusia tentu
menginginkan hidupnya dalam keadaan baik, sejahtera, dan bahagia. Banyak orang
yang tidak mengetahui bahwa untuk mencapai
tujuan tersebut diperlukan suatu sistem pemikiran yang sesuai dengan hakikat
manusia dan hakikat kehidupannya. Manusia akan kehilangan sebagian
kehidupannya apabila hidupnya tidak atau
tanpa suatu sistem pemikiran yang digunakan dalam tujuan kehidupan
sehingga hidupnya akan mengalami kepincangan, selanjutnya akan mengalami
kekecewaan hidup.
Untuk itu, perlu sekali
adanya suatu sistem pandangan hidup yang di dalamnya terdapat keselarasan atau
keharmonisan antara hakikat pribadi manusia
Indonesia dengan hal-hal yang dibutuhkan untuk mencapai kesejahteraan,
kebahagiaan, dan ketenteraman.
Maksud hakikat pribadi
dalam kedudukannya sebagai manusia Indonesia adalah sebagai makhluk individu,
makhluk sosial, dan makhluk Tuhan. Untuk mencapai kesejahteraan, kebahagiaan,
dan ketenteraman seseorang harus
mengupayakan dengan tiga cara keselarasan atau keharmonisan, yaitu:
a.
selaras atau harmonis dengan dirinya
sendiri;
b.
selaras atau harmonis dengan (terhadap)
pergaulan sesama manusia, dan di lingkungan kehidupannya;
c.
selaras atau
harmonis dengan (terhadap) Tuhan Yang Maha Kuasa.
Ketiga
keselarasan atau keharmonisan tersebut merupakan harmoni
yang mutlak adanya, di mana di dalamnya tidak terdapat lagi pertentangan satu
sama lainnya (harmoni sempurna).
Dengan demikian, sister
pemikiran seperti di atas diharapkan akan
membawa pada suatu bentuk manusia Indonesia yang diwarnai clan sekaligus
mengarah "pergaulan hidup" (bukannya "perjuangan hidup").
Sister pemikiran tersebut juga diharapkan dapat dijadikan sebagai motor
penggerak setiap tindakan dan perbuatan manusia Indonesia.
Suatu pemikiran
filsafat yang implementasinya sebagai suatu pandangan hidup bagi setiap orang
Indonesia mempunyai peranan yang penting, yaitu apabila seseorang tidak
mempunyai pandangan hidup niscaya hidupnya tidak mengarah.
Bagi bangsa dan rakyat
Indonesia tidaklah demikian, karena manusia-manusia Indonesia mempunyai
kedudukan sebagai makhluk Tuhan. Karena hidup ini tidak hanya diperuntukkan di
dunia, akan tetapi juga untuk akhirat
(kehidupan setelah kehidupan dunia). Dimensi keakhiratan inilah yang
mengharuskan manusia Indonesia untuk
mendasarkan pada suatu sister pandangan hidup yang selaras atau harmoni, tidak bertentangan, dan sejalan
dengan hakikat manusia sebagai makhluk Tuhan
Jadi,
pandangan hidup model Indonesia mempunyai dimensi yang berakar
keselarasan atau keharmonisan dengan hakikat kedudukan kodrat manusia, yang implementasinya berupa asas kekeluargaan clan
asas kehidupan yang diridai Tuhan.
2.
Materi Filsafat (Pandangan Hidup)
Indonesia
Suatu
pandangan hidup yang sesuai dengan manusia Indonesia adalah
suatu pandangan hidup yang berasal dari akar hikmat yang terkandung dalam khasanah budaya Indonesia, yang
dapat dijumpai dalam berbagai adat istiadat, peribahasa, pepatah yang
kesemuanya itu merupakan ungkapan-ungkapan perilaku kehidupan manusia
Indonesia.
Melihat
uraian di atas, budaya yang terungkap tersebut merupakan esensi filsafat bangsa Indonesia. Karena budaya
tersebut sebagai hasil perkembangan rohaniah dan
intelektual bangsa.
Setelah rakyat
Indonesia terbebas dari penjajahan tahun 1945, rakyat Indonesia mulai timbul
kesadarannya bahwa suatu negara apabila
tidak mempunyai kebudayaan dikatakan sebagai bangsa yang miskin. Pengertian budaya di sini dalam artian
yang luas, yaitu budaya yang memperlihatkan kepribadian bangsa
Indonesia.
Negara Republik
Indonesia terdiri dari 17 ribu pulau lebih, beragam adat istiadat, dan beratus suku dan bahasa. Dari sekian banyak suku
yang tersebar, yang paling besar adalah suku jawa, sedangkan yang kedua adalah
suku Minangkabau. Dari keragaman tersebut menyebabkan
pandangan hidupnya juga beragam. Keragaman terse-but menunjukkan adanya kekayaan budaya yang semuanya itu lebih
ditentukan oleh aspek-aspek geografis, lingkungan, dan lainnya. Dengan keragaman suku, adat istiadat, bahasa,
kepercayaan, dan budaya, semuanya mempunyai suatu kesamaan hakikat. Dari
kesamaan hakikat inilah nantinya akan
muncul suatu rumusan pandangan hidup bangsa Indonesia yaitu Filsafat
Pancasila.
Untuk membentuk
kesatuan budaya yang meliputi seluruh wilayah
kesatuan Indonesia dibutuhkan waktu yang lama, penuh tantangan,'dan
berliku-liku.
Menurut
sejarahnya, 2000 tahun yang lalu telah ada sekelompok orang yang kelak akan
melahirkan bangsa Indonesia. Keberadaannya baru
terwujud sebagai embrio. Kemudian, tercetusnya Sumpah Pemuda tahun
1928 dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun 1945 merupakan wujud embrio kesatuan bangsa Indonesia, di mana pada saat
itu belum mencapai taraf yang memuaskan
Pada
tahun 1945, lahirnya negara kesatuan Republik Indonesia, diikuti
"kepribadian bangsa Indonesia". Bangsa Indonesia yang saat itu jumlahnya barn puluhan juta telah mempunyai
kedudukan sebagai negara kesatuan seperti negara lainnya. Di mata negara
lain, bangsa dan negara Indonesia dengan segala corak kebangsaannya sudah terlihat, tetapi apabila dilihat dari dalam masih
banyak kekurangannya.
Setelah terbebas dari
penjajahan, setapak demi setapak bangsa Indonesia
mengupayakan untuk mengembangkan kepribadian, yaitu dengan jalan dirintis oleh beberapa tokoh: Moh.
Yamin, Ir. Soekarno, dan lain-lainnya. Upaya tersebut didasarkan pada,
"semakin tinggi tingkat kepribadian suatu bangsa, semakin tinggi tingkat
filsafat bangsanya", karena pandangan hidup bangsalah yang menentukan
corak kepribadiannya, sekaligus menentukan corak moralnya.
Upaya
yang lainnya adalah memantapkan kebudayaan nasional yang
terbentuk dari kebudayaan-kebudayaan daerah atau lokal, sehingga kepribadian
dan kebudayaan nasional terbentuk lewat kepribadian atau kebudayaan daerah
atau lokal. Maka kepribadian dan kebudayaan
secara bersama-sama membentuk suatu titik kulminasi, yaitu terbentuknya
pandangan hidup dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia.
Bersyukurlah bahwa para
pemimpin bangsa Indonesia dengan segala
kemampuan dan kebijaksanaannya telah berbuat untuk menggali khasanah kepribadian dan kebudayaan untuk mencari
titik kulminasi. Maka, lahirlah
Pancasila yang di dalamnya terkandung nilai-nilai luhur yang mencerminkan kepribadian dan kebudayaan
bangsa Indonesia. Hanya Pancasilalah
yang pantas dijadikan pandangan hidup sekaligus landasan pemikiran
bangsa dan negara Indonesia.
Bentuk Filsafat Indonesia
Bentuk filsafat Indonesia terdiri dari
lima sila berikut.
v Sila I Ketuhanan Yang Maha Esa.
v Sila II Kemanusiaan yang adil dan berada
v Sila III
Persatuan Indonesia.
v Sila IV Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
v Sila
V Keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Lima
sila di atas juga disebut lima dasar sebagai suatu totalitas, merupakan
suatu kebulatan tunggal, yang setiap sila-silanya selalu harus mengandung keempat sila yang lainnya.
Setiap, sila tidak boleh dipertentangkan
terhadap, sila yang lain karena di antara sila-sila itu memang tidak
terdapat hal-hal yang bertentangan.
Dengan demikian,
Pancasila mempunyai sifat yang abstrak, umum, universal, tetap tidak berubah,
menyatu dalam suatu inti hakikat mutlak:
Tuhan, manusia, salu, rakyat, dan adil, yang kedudukannya sebagai inti pedoman dasar yang tetap.
Kejadian tersebut, melalui suatu proses yang panjang, dimatangkan oleh
sejarah perjuangan bangsa, akan tetap, berakar pada kepribadian kita berarti
Pancasila merupakan pandangan hidup seluruh bangsa Indonesia, yang telah
disetujui oleh para wakil rakyat menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan
Negara Republik Indonesia. jadi, Pancasila adalah satu-satunya pandangan hidup (filsafat) yang dapat mempersatukan rakyat
dan bangsa Indonesia
BAB
IV
FILSAFAT
MODERN
Tidak
dapat dipungkiri, zaman filsafat modern telah dimulai. Secara historic, zaman
modern dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan
selama dua abad (abad ke-14 dan ke-15), yang ditandai dengan munculnya
gerakan Renaissance.' Renaissance berarti kelahiran kembali, yang mengacu kepada gerakan keagamaan dan kemasyarakatan
yang bermula di Italia (pertengahan abad ke-14). Tujuan utamanya adalah
merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan
filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen.
Selain itu, juga dimaksudkan untuk mempersatukan kembali gereja yang terpecah-pecah.
Di samping itu, para humanis bermaksud meningkatkan
suatu perkembangan yang harmonic dari keahlian-keahlian dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan kepustakaan yang baik
dan mengikuti kultur-klasik.
Renaissance akan banyak memberikan segala aspek realitas. Perhatian
sungguh-sungguh atas segala hal yang konkret dalam lingkup alam semesta, manusia, kehidupan masyarakat, dan sejarah. Pada
masaitu pula terdapat upaya manusia
untuk memberi tempat kepada akal yang
mandiri. Akal diberi kepercayaan yang lebih besar karena adanya suatu keyakinan bahwa akal pasti dapat
menerangkan segala macam persoalan yang diperlukan juga pemecahannya.
Hal ini dibuktikan adanya perang terbuka
terhadap kepercayaan yang dogmatis
dan terhadap orang-orang yang enggan menggunakan akalnya.
Asumsi
yang digunakan, semakin besar kekuasaan akal akan dapat diharapkan lahir
"dunia barn" yang penghuninya (manusiamanusianya) dapat merasa puss atas dasar kepemimpinan akal yang sehat.
Aliran
yang menjadi pendahuluan ajaran filsafat modem ini didasarkan pada suatu kesadaran atas yang individual dan yang konkret 1
Bermula dari William Ockham (1295-1349), yang mengetengahkan
Via Moderns (jalan modern) dan Via Antiques (jalan keno). Akibatnya,
manusia didewa-dewakan, manusia tidak lagi memusatkan pikirannya kepada Tuhan dan surges. Akibatnya, terjadi perkembangan ilmu
pengetahuan secara pesat dan membuahkan sesuatu yang mengagumkan.3
Di sisi lain, nilai filsafat merosot karena Oianggap ketinggalan zaman.
Dalam era filsafat modern, yang kemudian dilanjutkan
dengan era
filsafat abad ke-20, muncullah berbagai aliran pemikiran: Rasio‑nalisme, Empirisme, Kritisisme, Idealisms,
Positivisme, Evolusionisme, Materialisme, Neo-Kantianisme, Pragmatisme,
Filsafat Hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme.
A.
Rasionalisme
Setelah pemikiran Renaissance sampai pada
penyempurnaannya, yaitu telah tercapainya kedewasaan pemikiran, maka terdapat
keseragaman mengenai sumber pengetahuan yang secara alamiah dapat dipakai
manusia, yaitu akal (rasio) dan pengalaman (empiri), Karena orang mempunyai kecenderungan untuk membentuk aliran berdasarkan
salah satu di antara keduanya, maka kedua-duanya sama-sama membentuk aliran tersendiri yang Baling bertentangan.\
Rasionalisme
dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650) yang disebut sebagai bapak filsafat
modern. Ia ahli dalam ilmu alam, ilmu hukum, dan ilmu
kedokteran. Ia menyatakan, bahwa ilmu pengetahuan
harus satu, tanpa bandingannya, harus disusun oleh satu orang, sebagai
bangunan yang berdiri sendiri menurut satu metode yang umum. Yang harus dipandang sebagai hal yang benar adalah apa yang jelas
dan terpilah-pilah (clear and distinctively). Ilmu pengetahuan harus mengikuti langkah ilmu pasti karena ilmu pasti
dapat dijadikan model cars mengenai secara dinamis.
Rene Descartes yang
mendirikan aliran rasionalisme berpendapat
bahwa sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah akal. Hanya
pengetahuan yang diperoleh lewat akallah yang memenuhi syarat yang dituntut
oleh semua ilmu pengetahuan ilmiah. Dengan akal
dapat diperoleh kebenaran dengan metode deduktif, seperti yang dicontohkan
dalam ilmu pasti.
Latar
belakang munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri dari
segala pemikiran tradisional. (skolastik), yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak'mampu menangani hash-hash ilmu pengetahuan yang dihadapi. Apa yang ditanam Aristoteles
dalam pemikiran
saat itu juga masih dipengaruhi oleh khayalan-khayalan.
Descartes menginginkan
cara yang barn dalam berpikir, maka diperlukan titik tolak pemikiran pasti yang
dapat ditemukan dalam keragu-raguan, Cogito
ergo sum (saya berpikir maka saya ada). Jelasnya, bertolak dari
keraguan untuk mendapatkan kepastian.1
B. Empirisme
Sebagai
tokohnya adalah Thomas Hobbes, John Locke, dan David Hume. Karena adanya kemajuan ilmu pengetahuan dapat
dirasakan manfaatnya, pandangan orang terhadap filsafat mulai
merosot. Hal ini terjadi karena filsafat
dianggap tidak berguna lagi bagi kehidupan. Pada sisi lain, ilmu
pengetahuan besar sekali manfaatnya bagi kehidupan.
Kemudian beranggapan bahwa pengetahuan yang bermanfaat, pasti, dan benar hanya diperoleh lewat indra
(empiri), dan empirilah satu-satunya sumber pengetahuan. Pemikiran tersebut
lahir dengan nama empirisme.
1. Thomas
Hobbes (1588-1679)
Ia seorang ahli pikir
Inggris lahir di Malmesbury. Pada usia 15 tahun ia pergi ke Oxford untuk
belajar logika Skolastik dan fisika, yang
ternyata gagal, karena ia tidak berminat sebab gurunya beraliran Aristotelian.
Sumbangan yang besar sebagai ahli pikir adalah suatu sistem materialistic yang besar, termasuk juga perikehidupan organic dan rohaniah. Dalam bidang kenegaraan ia
mengemukakan teori Kontrak Social.
Dalam tulisannya, ia
telah menyusun suatu sistem pemikiran yang
berpangkal pada dasar-dasar empiris, di samping juga menerima metode
dalam ilmu alam yang matematis.
Pendapatnya adalah
bahwa ilmu filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang sifatnya umum.
Menurutnya filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang akibat-akibat atau
tentang gejala-gejala yang diperoleh dari
sebabnya. Sasaran filsafat adalah fakta, yaitu untuk mencari
sebab-sebabnya. Segala yang ada ditentukan oleh sebab, sedangkan prosesnya
sesuai dengan hukum ilmu pastiAlmu alam.
Namanya
sangat terkenal karena teorinya tentang Kontrak Sosial, yaitu
manusia mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan diri. Apabila setiap orang mempunyai kecenderungan demikian, maka pertentangan,
pertengkaran atau perang total tak dapat dihindari. Perang akan membuat kehidupan menjadi sengsara dan buruk. Bagaimana
manusia dapat menghindarinya. Maka diperlukan akal sehat, agar setiap orang mau
melepaskan haknya untuk berbuat sekehendaknya
sendiri. Untuk itu, mereka harus bersatu membuat perjanjian untuk menaatiAunduk terhadap penguasa.
Orang-orang yang dipersatukan disebut Commonwealth.
John Locke (1932-1704)
la dilahirkan di
Wrington, dekat Bristol, Inggris. Di samping sebagai seorang ahli hukum, ia
juga menyukai filsafat dan teologi, mendalami ilmu kedokteran dan penelitian
kimia. Dalam mencapai kebenaran, sampai seberapa jauh (bagaimana) manusia
memakai kemampuannya.
Dalam penelitiannya ia
memakai istilah-sensation dan reflection. Sensation adalah
suatu yang dapat berhubungan dengan dunia luar, tetapi manusia tidak dapat
mengerti dan meraihnya. Sementara itu, reflection adalah pengenalan
intuitif yang memberikan pengetahuan kepada
manusia, yang sifatnya lebih baik daripada sensation. Tiaptiap
pengetahuan yang diperoleh manusia terdiri dari sensation dan reflection. Walaupun demikian, manusia harus mendahulukan sensation. Mengapa
demikian? Karena jiwa manusia di saat dilahirkan putih bersih (tabula rasa) yaitu jiwa itu kosong bagaikan kertas putih yang belum tertulisi. Tidak ada sesuatu dalam jiwa yang
dibawa sejak lahir, melainkan
pengalamanlah yang membentuk jiwa seseorang.1
C.
Kritisisme
Aliran ini muncul abad ke-18. Suatu
zaman baru di mana seorang ahli pikir yang cerdas mencoba menyelesaikan
pertentangan antara rasionalisme dengan empirisme. Zaman baru ini disebut zaman
Pencerahan (Aufklarung). Zaman pencerahan ini muncul di mana manusia
lahir dalam keadaan belum dewasa (dalam pemikiran filsafatnya). Akan tetapi, setelah Kant mengadakan penyelidikan (kritik) terhadap
perm pengetahuan akal. Setelah itu, manusia terasa bebas dari otoritas yang datangnya dari luar manusia,
demi kemajuan/peradaban manusia.
Sebagai
latar belakangnya, manusia melihat adanya kemajuan ilmu pengetahuan (ilmu
pasti, biologi, filsafat dan sejarah) telah mencapai hasil yang menggembirakan.
Di sisi lain, jalannya filsafat tersendat-sendat. Untuk itu diperlukan upaya
agar filsafat dapat berkembang sejajar dengan ilmu pengetahuan alam. Isaac
Newton (1642-1727) memberikan dasar-dasar
berpikir dengan induksi, yaitu pemikiran yang bertitik tolak pada gejala-gejala
dan mengembalikan kepada dasar-dasar
yang sifatnya umum. Untuk itu dibutuRkan analisis.
Gerakan
ini dimulai di Inggris, kemudian ke Prancis, Jan selanjutnya menyebar ke seluruh Eropa, terutama ke Jerman. Di Jerman pertentangan
antara rasionalisme dengan empirisme semakin berlanjut. Masing-masing berebut otonomi. Kemudian timbul masalah, siapa yang sebenarnya dikatakan sebagai sumber
pengetahuan? Apakah pengetahuan yang benar itu lewat rasio atau empiri?
Seorang ahli pikir Jerman Immanuel Kant (1724-1804)
mencoba menyelesaikan
persoalan di atas. Pada awalnya, Kant mengikuti rasionalisme, tetapi kemudian terpengaruh oleh empirisme (Hume). Walaupun demikian, Kant tidak begitu mudah
menerimanya karena ia mengetahui
bahwa empirisme terkandung skep-tisisme. Untuk itu, ia
tetiFffi&ngakui kebenaran ilmu, dan dengan akal manusia akan dapat mencapai
kebenaran.
Akhirnya, -Kant mengakui peranan akal dan
keharusan empiri, kemudian dicobanya mengadakan sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber pada akal (rasionalisme), tetapi adanya
pengertian timbul dari benda (empirisme). Ibarat burung terbang harus mempunyai
sayap (rasio) dan udara (empiri).
Jadi,
metode berpikirnya disebut metode kritis. Walaupun ia mendasarkan diri pada
nilai yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak mengingkari adanya
persoalan-persoalan yang melampaui akal. Sehingga
akal mengenal batas-batasnya. Karena itu aspek irrasionalitas dari
kehidupan dapat diterima kenyataannya.1
D.
Idealisms
Setelah
Kant mengetengahkan tentang kemampuan akal manusia,
maka para murid Kant tidak pugs terhadap batas kemampuan akal,
alasannya karena akal murni tidak akan dapat mengenal hal yang berada di luar
pengalaman. Untuk itu, dicarinya suatu dasar, yaitu suatu sistem metafisika
yang ditemukan lewat dasar tindakan: aku
sebagai sumber yang sekonkret-konkretnya. Titik tolak terse-but dipakai sebagai dasar untuk membuat suatu
kesimpulan tentang keseluruhan yang ada.
Pelopor
Idealisms: J.G. Fichte (1762-1814), F.W.J. Scheling (1775-1854), G.W.F. Hegel (1770-1831), Schopenhauer (1788-1860).
Apa yang dirintis oleh Kant mencapai puncak
perkembangannya pada Hegel. Hegel
lahir di Stuttgart, Jerman. Pengaruhnya begitu besar sampai luar Jerman. Menjadi profesor ilmu filsafat sampai
meninggal. Setelah ia mempelajari
pemikiran Kant, ia tidak merasa puas tentang ilmu pengetahuan yang dibatasi
secara kritis. Menurut pendapatnya, segala
peristiwa di dunia ini hanya dapat dimengerti jika suatu syarat dipenuhi,
yaitu jika peristiwa-peristiwa itu sudah secara otomatis mengandung
penjelasan-penjelasannya. Ids yang berpikir itu sebenarnya adalah gerak yang
menimbulkan gerak lain. Artinya, gerak yang menimbulkan tesis, kemudian
menimbulkan anti tesis (gerak yang
bertentangan), kemudian timbul sintesis yang merupakan tesis baru, yang
nantinya menimbulkan antitesis dan seterusnya. Inilah yang disebutnya sebagai
dialektika. Proses dialektika inilah yang menjelaskan segala peristiwa.
E.
Positivisme
Filsafat Positivisme
lahir pada abad ke-19. Titik tolak pemikirannya,
apa yang telah diketahui adalah yang faktual dan yang positif, sehingga metafisika ditolaknya. Maksud
positif adalah segala gejala dan segala yang tampak seperti apa adanya,
~ebatas pengalaman-pengalaman objektif. Jadi, setelah fakta diperolehnya,
faktafakta tersebut kita atur dapat
memberikan semacam asumsi (proyeksi) ke masa depan.
Beberapa
tokoh: August Comte (1798-1857), John S. Mill (18061873).
Herbert Spencer (1820-1903).
1.
August Comte (1798-1857)
Ia
lahir di Montpellier, Prancis. Sebuah karyanya adalah Cours de philosophia
positive (Kursus tentang filsafat positio dan berjasa dalam
mencipta ilmu sosiologi.
Menurut pendapatnya,
perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam tiga tahap: tahap teologis,
tahap metafisis, dan tahap ilmiah/positif.
Pada tahap, teologis
manusia mengarahkan pandangannya kepada
hakikat yang batiniah (sebab pertama). Di sini manusia percaya kepada
kemungkinan adanya sesuatu yang mutlak. Artinya, di balik setiap kejadian
tersirat adanya maksud tertentu.
Pada tahap metafisis
manusia hanya sebagai tujuan pergeseran dari
tahap teologis. Sifat yang khas adalah kekuatan yang tadinya bersifat adi kodrati, diganti dengan
kekuatan-kekuatan yang mempunyai pengertian abstrak, yang diintegrasikan
dengan alam.
Pada
tahap ilmiah/positif, manusia telah mulai mengetahui dan sadar
bahwa upaya pengenalan teologis dan metafisis tidak ada gunanya. Sekarang
manusia berusaha mencari hukum-hukum yang berasal dari fakta-fakta pengamatan
dengan memakai akal.
Tahap-tahap tersebut
berlaku pada setiap individu (dalam perkembangan rohani) jugs di bidang ilmu
pengetahuan.
Pada akhir hidupnya, ia
berupaya untuk membangun agama baru tanpa teologi atas dasar filsafat
positifnya. Agama baru tanpa teologi ini mengagungkan akal dan mendambakan
kemanusiaan dengan semboyan "Cinta sebagai prinsip, teratur sebagai basis,
kmajuan sebagai tujuan.
Sebagai istilah
ciptaannya yang terkenal altruism yaitu menganggap bahwa soal utama
bagi manusia ialah usaha untuk hidup bagi kepentingan orang lain.'
F.
Evolusionisme
Aliran ini dipelopori
oleh seorang Zoologi yang mempunyai pengaruh
sampai saat ini yaitu, Charles Robert Darwin (1809-1882). la mendominasi
pemikiran filsafat abad ke-19.
Pada tahun 1838 membaca
bukunya Malthus An Essay on the Principle of Population. Buku tersebut
memberikan inspirasi kepada Darwin untuk
membentuk kerangka berpikir dari teorinya. Menurut Malthus, manusia akan cenderung meningkat
jumlahnya (deret ukur), di atas batas
bahan-bahan makanan (deret ukur). Dengan demikian, Darwin memberikan
kesimpulan bahwa untuk mengatasi hal terse-but
manusia harus bekerja sama, harus berjuang di antara sesamanya untuk
mempertahankan hidupnya. Karena itu hanya hewan yang ulet yang mampu untuk menyesuaikan diri dengan iklim sekitarnya.8
Dalam pemikirannya, ia
mengajukan konsepnya tentang perkembangan
tentang segala sesuatu termasuk manusia yang diatur oleh hukum-hukum
mekanik, yaitu survival of the fittest dan struggle for life.
Pada hakikatnya antara
binatang dan manusia dan benda apa pun tidak ada bedanya. Dimungkinkan terdapat
perkembangan manusia pada masa Wng akan datang lebih sempurna. Dalam pemikirannya, Darwin tidak melahirkan sistem
filsafat, tetapi pada ahli pikir
berikutnya (Herbert Spencer) berfilsafat berdasarkan pada evolusionisme.
G.
Materialisme
Munculnya
Positivisme dan Evolusionisme menambah terbukanya pintu
pengingkaran terhadap aspek kerohanian. Julien de Lamettrie (1709-1751)
mengemukakan pemikirannya bahwa binatang dan manusia tidak ada bedanya, karena
semuanya dianggap sebagai mesin. Buktinya,
bahan (badan) tanpa jiwa mungkin hidup (bergerak), sedangkan jiwa tanpa bahan (badan) tidak mungkin
ada. Jantung katak yang dikeluarkan dari tubuh katak masih berdenyut
(hidup) walau beberapa saat saja.9
Seorang
tokoh lagi (Materialisme Alam) adalah Ludwig Feueurbach
(1804-1872) sebagai pengikut Hegel, mengemukakan pendapatnya, bahwa baik pengetahuan maupun tindakan berlaku adagium, artinya
terimalah dunia yang ada, bila menolak agama/metafisika. Satu-satunya asas
kesusilaan adalah keinginan untuk mendapatkan kebahagiaan. Dan untuk mencari
kebahagiaan manusia harus ingat. akan sesamanya.
Dari Materialisme
Historis/dialektis, yaitu Karl Marx (18181883), nama lengkapnya Karl Heinrich
Marx, dilahirkan di Trier, Prusia, Jerman. Sewaktu menjadi mahasiswa ia
terpengaruh oleh ajaran Hegel dan dapat
mencapai gelar doktor dalarn bidang filsafat. Di kala ia berkawan dengan
Bruno Bauer ia mendapatkan kekecewaan, tetapi setelah berkawan dengan
Friedrich Engels di Paris, maka dengan kawannya itulah ia (tahun 1848) menyusun
Manifesto Komunist. setelah itu, ia menjadi buronan politik dan diusir
dan dipenjara di London, sampai meninggal
dunia. la meninggalkan warisan sebuah karya terbesarnya, Das Kapital,
yang terbit tahun 1867.
Menurut pendapatnya,
tugas seorang filosof bukan untuk menerangkan
dunia, tetapi untuk mengubahnya. Hidup manusia itu ternyata ditentukan oleh
keadaan ekonomi. Dari segala hasil tindakannya: ilmu, seni, agama, kesusilaan, hukum, politik — semuanya itu hanya
endapan dari keadaan itu, sedangkan keadaan itu sendiri ditentukan
benar-benar dalam sejarah.11
H.
Neo-Kantianisme
Setelah
Materialisme pengaruhnya merajalela, para murid Kant mengadakan
gerakan lagi. Banyak filosof Jerman yang tidak pugs terhadap Materialisme,
Positivisme, dan Idealisme. Mereka ingin kembali ke filsafat kritis, yang bebas
dari spekulasi Idealisme dan bebas dari dogmatis Positivisme dan Materialisme.
Gerakan ini disebut Neo-kantianisme.
Tokohnya antara lain Wilhelm Windelband (1848-1915), Herman Cohen (1842-1918), Paul Natrop (1854-1924), Heinrich
Reickhart (1863-1939).
Herman Cohen memberikan
titik tolak pemikirannya mengemukakan bahwa keyakinannys pada otoritas akal
manusia untuk mencipta. Mengapa demikian,
karena segala sesuatu itu baru dikatakan 'ada' apabila terlebih dahulu
dipikirkan. Artinya, 'ada' dan 'dipikirkan' adalah sama sehingga apa yang
dipikirkan akan melahirkan isi pikiran.
Tuhan, menurut pendapatnya, bukan sebagai person, tetapi sebagai
cita-cita dari seluruh perilaku manusia.
I.
Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata pragma yang artinya guns.
Pragma berasal dari kata Yunani. Maka Pragmatisme adalah suatu
aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja yang
membuktikan dirinya sebagai yang benar
dengan akibat-akibat yang bermanfaat se‑cara praktis. Misalnya, berbagai pengalaman pribadi tentang kebenaran mistik, asalkan dapat membawa kepraktisan dan
bermanfaat. Artinya, segala sesuatu dapat diterima asalkan bermanfaat
bagi kehidupan.
Tokohnya William James (1842-1910) lahir di New York, memperkenalkan
ide-idenya tentang pragmatisme kepada dunia. Ia ahli dalam bidang seni,
psikologi, anatomi, fisiologi, dan filsafat.
Pemikiran
filsafatnya lahir karena dalam sepanjang hidupnya mengalami konflik antara
pandangan ilmu pengetahuan dengan pandangan
agama. Ia beranggapan, bahwa masalah kebenaran tentang asal/tujuan dan hakikat bagi orang Amerika terlalu
teoretis. Ia menginginkan
hasil-hasil yang konkret. Dengan demikian, untuk mengetahui kebenaran
dari ide atau konsep haruslah diselidiki konsekuensikonsekuensi praktisnya.
Kaitannya dengan agama, apabila ide-ide agama dapat
memperkaya
kehidupan, ide-ide tersebut benar.
J.
Filsafat Hidup
Aliran filsafat ini
lahir akibat dari reaksi dengan adanya kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang menyebabkan industrialisasi semakin pesat.
Hal ini mempengaruhi pola pemikiran manusia. Peranan akal pikir hanya
digunakan untuk menganalisis sampai menyusun suatu sintesis baru. Bahkan alam
semesta atau manusia dianggap sebagai
mesin, yang tersusun dari beberapa komponen, dan bekerja sesuai dengan
hukum-hukumnya.
Tokohnya
adalah Henry Bergson (1859-1941). Pada mulanya ia belajar
matematika dan fisika. Karena ia mempunyai kepandaian menganalisis, muncul masalah baru dalam pikirannya. Ia dihadapkan pada
masalah metafisika yang tidak tampak dan tempatnya di belakang ilmu pengetahuan. Itulah yang menyebabkan ia
terjun ke dalam bidang filsafat.
Pemikirannya, alam
semesta ini merupakan suatu organisme yang
kreatif, tetapi perkembangannya tidak sesuai dengan implikasi logis.
Perkembangannya seperti meletup-letup dalam keadaan tidak sama sehingga melahirkan akibat-akibat dengan
spektrum yang barn. Hanya ada beberapa yang berhasil dapat membentuk
suatu organisme kreatif yang sesuai dengan hokum alam. Salah satunya adalah
manusia dengan intelektualnya dan mengapa manusia dapat lolos dari seleksi
alam. Dalam eksistensinya, manusia mempunyai daya. hidup (elan vital). Dengan
adanya elan vital tersebut diharapkan manusia akan niampu melahirkan
segala tindakannya.
Pemikiran filsafat
Henry Bergson ini sebagai reaksi dari Positivisme, Materialisme,
Subjektivisme, dan Relativisme. Kemudian is mengupayakan, dengan melalui yang
positif (ilmu) tersebut untuk menyalami yang mutlak dalam pengetahuan
metafisis. Ia mempertahankan kebebasan dan kemerdekaan kehendak.11
K.
John Dewey
(1859-1952)
Ia lahir di Brulington,
dan sekaligus menjadi guru filsafat. Pemikirannya, togas filsafat adalah
memberikan pengarahan dalam tindakan hidup
manusia. Untuk itu, filsafat tidak boleh berada dalam pemikiran metafisika yang tidak ada manfaatnya.
Dengan demikian, filsafat harus berasaskan pada pengalaman, kemudian
mengadakan penyelidikan dan mengolahnya secara kritis sehingga filsafat akan
mampu memberikan suatu siftem norma-norma dan nilai-nilai.
L.
Fenomenologi
Fenomenologi berasal dari kata fenomen yang artinya
gejala, yaitu suatu hal yang tidak nyata dan semua. Kebalikannya
kenyataan juga dapat diartikan sebagai ungkapan kejadian yang
dapat diamati lewat indra. Misalnya, penyakit flu gejalanya batuk, pilek. Dalam
filsafat fenomenologi, arti di atas berbeda dengan yang dimaksud, yaitu bahwa suatu gejala tidak perlu harus diamati
oleh indra, karena gejala juga dapat dilihat secara batiniah, clan tidak
harus berupa kejadian-kejadian. Jadi, apa
yang kelihatan dalam dirinya sendiri seperti apa adanya.
Dan
yang lebih penting dalam filsafat fenomenologi sebagai cumber berpikir yang
kritis. Pemikiran yang demikian besar pengaruhnya
di Eropa dan Amerika antara tahun 1920 hingga tahun 1945 dalam bidang ilmu
pengetahuan positif Tokohnya: Edmund Husserl (1839-1939), dan
pengikutnya Max Scheler (1874-1928).
Edmund Husserl (1839-1939) lahir di Wina. Ia belajar ilmu alam,
ilmu falak, matematika, kemudian filsafat. Akhirnya menjadi guru besar di
Halle, Gottingen, Freiburg.
Pemikirannya,
bahwa objek/benda harus diberi kesempatan untuk berbicara, yaitu dengan cara
deskriptif fenomenologis yang didukung oleh
metode deduktif. Tujuannya adalah untuk melihat hakikat gejala-gejala secara
intuitif, Sedangkan metode deduktif artinya mengkhayalkan
gejala-gejala dalam berbagai macam yang berbeda. Sehingga akan terlihat batas invariable dalam situasi yang berbedabeda.
Sehingga akan muncul unsur yang tidak berubah-ubah yaitu hakikat. Inilah yang
dicarinya dalam metode variasi eidetic.
M.
Eksistensialisme
Kata
eksistensialisme berasal dari kata eks = ke luar, dan sistensi atau
sisto = berdiri, menempatkan. Secara umum berarti, manusia dalam ,keberadaannya itu sadar bahwa
dirinya ada dan segala sesuatu keberadaannya
ditentukan oleh akunya. Karena manusia selalu terlihat di sekelilingnya,
sekaligus sebagai miliknya. Upaya untuk menjadi miliknya itu manusia harus berbuat menjadikan—merencanakan, yang berdasar
pada pengalaman yang konkret.
Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai
gejala dengan berdasar pada eksistensinya. Artinya, bagaimana manusia berada
(bereksistensi) dalam dunia.
Pelopornya
adalah Soren Kierkegaard (1813-1855), Martin Heidegger, J.P. Sartre, Karl
Jaspers, Gabriel Marcel.
Pemikiran Soren Kierkegaard mengemukakan bahwa kebenaran itu
tidak berada pada suatu sistem yang umum tetapi berada dalam eksistensi yang
individu, yang konkret. Karma, eksistensi manusia penuh dengan dosa, hanya iman
kepada Kristus sajalah yang dapat mengatasi perasaan bersalah karena dosa.
N.
Neo-Thomisme
Pada pertengahan abad
ke-19, di tengah-tengah gereja Katolik banyak penganut paham Thomisme, yaitu
aliran yang mengikuti Paham Thomas Aquinas.
Pada mulanya di kalangan gereja terdapat semacam keharusan untuk mempelajari
ajaran tersebut. Kemudian, akhirnya
menjadi suatu paham Thomisme, yaitu pertama, paham Yang
menganggap bahwa ajaran Thomas sudah sempurna. Tugas kita adalah memberikan tafsir sesuai dengan keadaan zaman. Kedua, paham
yang menganggap bahwa walaupun ajaran Thomas telah sempurna, tetapi masih terdapat hal-hal yang pada suatu saat belum dibahas.
Oleh karena itu, sekarang perlu diadakan penyesuaian sehubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Ketiga, paham Yang
menganggap bahwa ajaran Thomas harus diikuti, akan tetapi tidak boleh
beranggapan bahwa ajarannya betul-betul sempurna.
BAB V
FILSAFAT DEWASA INI
Sekarang
ini terdapat dua aliran pemikiran filsafat yang mempunyai pengaruh besar, tetapi aliran-aliran ini belum dapat dikatakan sebagai
aliran yang membuat sejarah. Hal ini terjadi karena aliranaliran ini masih dianggap barn. Kedua aliran
tersebut adalah Filsafat Analitis dan
Strukturalis.
A.
Filsafat Analitis
Tokoh aliran iniadalah
Ludwi Josef Johan Wittgenstein (1889- 1951), yang lahir di Wina, Aust ia. Ilmu
yang ditekuninya adalah ilmu penerbangan yang mem ukan studi dasar matematika
yang mendalam. Ia belajar kepada'Schopenhauer dan Gottlieb Frege. Setelah menjadi ahli matematika ia mendalami filsafat
matematika dan logika. Karyanya
ditulis di penjara, ketika ia menjadi tentara dalam Perang Dunia II dan ditahan. Setelah keluar dari
penjara, ia menjadi guru sekolah
dasar, kemudian menjadi tukang kebun di sebuah biara.
Sumbangannya
yang terbesar dalam filsafat adalah pemikirannya tentang
pentingnya bahasa. Ia mencita-citakan suatu bahasa yang ideal, yang lengkap, formal dan dapat memberikan kemungkinan bagi penyelesaian masalah-masalah kefilsafatan.1
Filsafat
analitis ini berpengaruh di Inggris dan Amerika sejak tahun 1950. Filsafat ini
membahas analisis bahasa dan analisis konsep-konsep.
B.
Strukturalisme
Tokoh strukturalisme
adalah J. Lacan yang lahir di Paris pada tahun 1901. Menurut pemikirannya, bahasa terdiri dari sejumlah terrain yang ditentukan oleh posisi-posisinya
satu terhadap yang lain. Terrain tersebut digabungkan dengan aturan gramatika
dan sintaksis. Bahasa membuka suatu lapangan posisi-posisi yang
disistematisasikan dengan aturan-aturan.
Menurut pendapatnya, kita barn menjadi pribadi
apabila kita mengabdikan diri pada permainan bahasa.
Kalau
orang tidak lagi mengabdikan diri pada aturan tersebut, is tidak lagi bersifat pribadi (misalnya seorang gila yang
bicara dengan Neo-Logisme).
Filsafat
Dewasa ini juga disebut Filsafat Barat Abad ke-20. Ciri perkembangan
filsafat Barat abad kedua puluh ini adalah desentralisasi manusia. Subjek
manusia tidak lagi dianggap sebagai pusat kenyataan.
Desentralisasi manusia adalah perhatian khusus terhadap bahasa sebagai subjek kenyataan kita sehingga
pemikiran filsafat sekarang ini
disebut logosentris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar